CakapCakap – Cakap People! Hampir 36.000 perusahaan di Jepang telah memilih untuk menutup bisnis mereka sepanjang tahun ini, terutama karena terpukul akibat krisis virus corona. Perusahaan yang tutup di Jepang meningkat tajam dari tahun lalu yang disebabkan oleh pandemi pada ekonomi yang rapuh.
Menurut laporan Japan Today, Kamis, 24 September 2020, jumlah total perusahaan yang menutup bisnis tanpa melalui prosedur kebangkrutan, diperkirakan bisa mencapai 53.000 sampai akhir 2020 nanti. Tokyo Shoko Research melaporkan, jumlah ini akan menjadi yang terbanyak sejak data serupa mulai dikumpulkan pada 2000.
“Dengan pandemi yang diperkirakan akan berkepanjangan, peningkatan perusahaan yang menghentikan bisnis tidak dapat dihindari,” kata lembaga think tank itu dalam sebuah laporan.
Jumlah perusahaan yang menghentikan bisnis mencapai 35.816 dari Januari hingga Agustus, naik 23,9% dari periode yang sama tahun sebelumnya, menurut laporan itu. Jumlah tersebut adalah sekitar 1% dari 3,58 juta perusahaan di Jepang.
Dari total, 31% adalah perusahaan sektor jasa, diikuti oleh perusahaan konstruksi sebesar 18% dan pengecer sebesar 13%, kata laporan itu.
Pemerintah dan bank sentral telah mengerahkan berbagai langkah sejak Maret untuk meredakan ketegangan pendanaan perusahaan, yang telah membantu menjaga angka kebangkrutan sebagian besar tidak berubah dari level tahun sebelumnya, laporan itu menunjukkan.
Tetapi beberapa perusahaan sedang berjuang untuk tetap hidup bukan karena krisis kas tetapi prospek penurunan permintaan yang semakin berkurang, katanya.
Jepang mengalami kemerosotan ekonomi terbesar dalam catatan pada kuartal kedua karena COVID-19 mencapai permintaan. Analis memperkirakan pertumbuhan hanya pulih sedikit pada kuartal saat ini karena pandemi membuat rumah tangga dan perusahaan tidak meningkatkan pengeluaran.
Sebagaimana diketahui, Jepang telah mencatatkan kasus virus corona lebih dari 81.000 orang, termasuk 1.540 orang yang meninggal dunia usai terjangkit virus yang menyebabkan penyakit COVID-19 saat artikel ini diturunkan.
Sementara itu, secara global, virus corona telah menginfeksi lebih dari 33 juta orang di seluruh dunia, dengan angka kematian akibat COVID-19 mendekati angka satu juta orang.