CakapCakap – Cakap People! Ketika pejabat kesehatan masyarakat meningkatkan kewaspadaan tentang lonjakan kasus virus corona di kalangan anak muda, penelitian baru menunjukkan bahwa anak muda di Amerika Serikat di bawah usia 25 tahun kemungkinan besar lebih mudah percaya pada informasi yang salah tentang virus corona.
Melansir laporan The New York Times pada hari Rabu, 23 September 2020, Dalam survei yang melibatkan 21.196 orang di seluruh 50 negara bagian dan District of Columbia, para peneliti mengidentifikasi kesenjangan generasi yang jelas. Responden berusia 18 sampai 24 tahun memiliki kemungkinan sebanyak 18 persen lebih percaya berita palsu, dibandingkan dengan 9 persen mereka yang berusia di atas 65 tahun. Demikian menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dari Universitas Harvard, Universitas Rutgers, Universitas Northeastern dan Universitas Northwestern.
Hasil ini berbeda dari penelitian sebelumnya yang mengatakan orang tua lebih cenderung membagikan artikel berita palsu di media sosial. Tahun lalu, sebuah makalah yang diterbitkan di Science menemukan bahwa orang yang berusia di atas 65 tahun tujuh kali lebih mungkin dibandingkan mereka yang berusia 30 hingga 44 tahun, kelompok termuda yang termasuk dalam survei itu, membagikan artikel dari situs web yang menyebarkan berita palsu selama kampanye presiden 2016.
Beberapa pertanyaan yang diajukan dalam studi ini antara lain manusia terkena virus corona karena memakan kelelawar, antibiotik efektif untuk mencegah COVID-19. Lalu, hanya orang dengan usia di atas 60 yang berisiko terinfeksi virus corona, dan obat untuk virus corona sudah ada namun disembunyikan dari publik.
Selain empat pertanyaan tersebut, para peneliti juga menyediakan tujuh pertanyaan lain yang semuanya berkaitan dengan isu seputar penyebaran virus corona. Pertanyaan dalam studi itu untuk mengukur bagaimana penerimaan responden terhadap 11 klaim palsu.
“Di seluruh 11 klaim palsu,” kata laporan itu, “kami menemukan pola yang jelas: Semakin tua kelompok usia, semakin rendah tingkat kepercayaan rata-rata pada klaim palsu.”
Sebagaimana diketahui, Amerika Serikat masih menjadi negara dengan kasus dan kematian akibat virus corona tertinggi di dunia, dengan telah mencatatkan sebanyak lebih 7,2 juta orang yang terinfeksi dan lebih dari 209.000 orang meninggal dunia saat artikel ini diturunkan.