CakapCakap – Cakap People! Lebih dari 70 persen anak sekolah di Jepang merasa stres akibat penyebaran virus corona baru. Demikian diungkapkan oleh sebuah hasil survei yang dilakukan lembaga medis yang dikelola negara.
Menaggapi survei yang memungkinkan banyak jawaban, 72 persen siswa sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas itu mengatakan bahwa memikirkan virus membuat mereka merasa tidak nyaman atau memengaruhi konsentrasi mereka, menurut Pusat Kesehatan dan Perkembangan Anak Nasional.
Sementara itu, sebanyak sembilan persen responden melaporkan terkadang melukai diri sendiri atau melakukan kekerasan terhadap anggota keluarga atau hewan peliharaan.
Survei tersebut juga menemukan bahwa 32 persen anak mengatakan jika ada anggota keluarga mereka yang terinfeksi virus corona, mereka tidak ingin hal itu diketahui oleh orang lain, sementara 47 persen percaya kebanyakan orang ingin merahasiakannya.
Sebanyak 20 persen anak-anak itu mengatakan mereka tidak ingin bermain-main atau bergaul dengan mereka yang telah tertular virus corona, bahkan setelah mereka sembuh.
Pusat Kesehatan dan Perkembangan Anak Nasional yang merupakan sebuah rumah sakit besar di Jepang yang mengkhususkan diri dalam bidang pediatri, perawatan perinatal, kebidanan dan pengobatan ibu, melakukan survei online dari 15 Juni hingga 26 Juli untuk memeriksa dampak pandemi virus coorona terhadap anak-anak.
Survei mengumpulkan jawaban dari total 6.772 anak – 981 anak berusia antara 7 hingga 17 tahun, serta 5.791 orang dewasa yang memiliki anak berusia 17 atau lebih muda.
Mengomentari hasil survei, Mayumi Hangai, seorang dokter anak dan peneliti di pusat tersebut, mengatakan orang tua harus membiarkan anak-anak mengekspresikan perasaan mereka dengan bebas daripada memarahi mereka karena kesal, menggunakan kekerasan atau melakukan tindakan lain.
“Karena wajar jika anak-anak tersinggung (di tengah penyebaran virus), orang tua harus memahami bahwa perasaan itu datang dari stres,” kata Hangai. “Pemahaman orang tua akan menjadi cara terbaik untuk mengurangi stres anak,” tambahnya, seperti dilansir The Jakarta Post.