CakapCakap – Cakap People! Pemerintah Indonesia telah mendaftarkan setidaknya 10 sumber utama vaksin COVID-19, termasuk AstraZeneca dan Moderna, kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto pada hari Selasa, 15 September 2020.
Pemerintah sebelumnya telah mendapatkan komitmen untuk pasokan lebih dari 400 juta dosis vaksin dari Sinovac Biotech China dan Industri Perawatan Kesehatan G42 Uni Emirat Arab, tetapi lebih banyak sumber vaksin diperlukan untuk memastikan pasokan yang memadai, menurut Airlangga Hartarto.
Vaksin Sinovac berada di urutan teratas karena uji klinis Fase 3 saat ini sedang berlangsung di Bandung, Jawa Barat, bekerja sama dengan perusahaan farmasi milik negara Bio Farma dan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.
“Kita memiliki akses untuk 250 juta hingga 300 juta dosis vaksin [Sinovac], di mana 30 juta dosis di antaranya akan diberikan pada kuartal keempat tahun ini. Vaksin baru bisa diberikan pada triwulan pertama 2021, tergantung pada keberhasilan uji klinis, ”kata Airlangga di Jakarta, melansir Jakarta Globe, Selasa, 15 September 2020.
Vaksin G42, yang dikembangkan oleh UEA dan Institut Produk Biologi Wuhan, juga sedang menjalani uji klinis di UEA. Pemerintah Indonesia telah mendapatkan komitmen untuk penyediaan hingga 110 juta dosis, kata Airlangga.
Sumber vaksin lain termasuk AstraZeneca, Global Alliance for Vaccine and Immunization (GAVI), CanSino Biological, Moderna, Acturus Therapeutics, Genexine Korea, dan Vaksin Merah Putih yang dikembangkan secara lokal, katanya.
“Kita telah menjalin kerjasama dengan pihak lain seperti AstraZeneca dan GAVI. Ini kerja sama multilateral yang melibatkan lembaga dan negara sehingga kita bisa memperoleh vaksin melalui skema pelayanan publik, ” kata Airlangga.
“Di bawah GAVI, harga vaksin dapat diturunkan serendah 3 dolar AS – 5 dolar AS per dosis. Vaksin yang dikembangkan oleh Sinovac dan G-42 ini harganya antara 10 dolar AS hingga 20 dolar AS,” kata Airlangga.
Ia juga mengatakan, Vaksin Merah Putih yang dikembangkan oleh konsorsium Indonesia akan menjalani uji klinis tahap akhir akhir tahun depan.
“Vaksin tersebut memiliki metode penerapan yang berbeda: beberapa membutuhkan suntikan vaksin, sementara yang lain mungkin membutuhkan dua suntikan. Ini bisa mempengaruhi harga juga,” kata Airlangga.
Sebagaimana diketahui, Airlangga sebelumnya mengatakan bahwa pemerintah telah mengalokasikan anggaran secara multiyear senilai Rp 37 triliun untuk pengembangan, produksi dan pengadaan vaksin COVID-19 pada tahun depan. Sementara pada 2020 ini Indonesia telah menyiapkan anggaran sebesar Rp 3,8 triliun untuk vaksin tersebut.
“Pemerintah sudah menyiapkan dana untuk tahun ini sebesar Rp 3,8 triliun dan tahun depan secara multiyears ada Rp 37 triliun,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto usai Sidang Kabinet Paripurna, Senin, 7 September 2020.