CakapCakap – Cakap People, keadaan satwa liar dipermukaan bumi ini ternyata sangat memprihatinkan. Penggundulan hutan, alih fungsi lahan hingga perdagangan satwa menjadi ancaman terbesar bagi mereka.
Baru-baru ini, WWF Living Planet Report memberikan fakta bahwa jumlah populasi hewan di dunia mengalami penurunan hampir 70%. Mirisnya, hal itu terjadi hanya dalam waktu kurang dari 50 tahun saja.
Laporan yang diungkap pada tahun 2018 lalu, populasi global dari spesies vertebrata telah menurun 60% antara 1970 hingga 2014. Yang terbaru, WWF mempelajari populasi spesies vertebrata antara 1970 hingga 2016, mereka menemukan bahwa angkanya melonjak menjadi 68%.
“Kita tidak dapat mengabaikan bukti ini. Penurunan populasi satwa liar menjadi indikator bahwa alam sedang terganggu dan memberikan peringatan kepada kita mengenai kegagalan sistem,” kata Marco Lambertini, Direktur Jendral WWF International.
Gorila dataran rendah timur adalah satwa yang populisinya paling banyak menurun. Di Taman Nasional Kahuzi-Biega di Republik Demokratik Kongo telah menurun sekitar 87% antara tahun 1994 dan 2015 karena perburuan ilegal.
Bahkan, burung beo abu-abu Afrika di barat daya Ghana berkurang hingga 99% antara 1992 dan 2014 akibat perdagangan liar dan hilangnya habitat.
Temuan utama dari berbaai observasi menunjukkan 68% penurunan pada populasi satwa liar global. Artinya, populasi hewan yang termasuk dalam penelitian rata-rata berkurang hingga 68%.
Laporan tersebut juga memberikan fakta bahwa 2020 telah menjadi tahun terpenting bagi kita untuk mengevaluasi hubungan manusia dengan alam. Pandemi global, peristiwa cuaca ekstrem, kebakaran hutan, semua terjadi di tahun ini.
“Di tengah pandemi global, penting untuk mengambil tindakan global yang belum pernah dilakukan untuk menghentikan hilangnya keanekaragaman hayati dan populasi satwa liar di seluruh dunia, juga melindungi kesehatan dan mata pencaharian di masa depan. Kehidupan kita sangat bergantung padanya,” ungkap Lambertini, seperti yang dikutip dari IFL Science.
Melansir dari National Geographic, meskipun hasil studi diatas menunjukkan hal yang suram, Namun situasi seperti ini masih bisa diperbaiki. WWF, bersama lebih dari 40 LSM dan institusi akademis, menerbitkan makalah di jurnal Nature yang membahas tentang upaya untuk mengatasi masalah ini.
Bertajuk Bending the curve of terrestrial biodiversity needs an integrated strategy, studi tersebut menguak upaya global yang terkoordinasi, lebih berani dan lebih ambisius. Upaya-upaya terebut perlu dilakukan jika ingin menstabilkan dan membalikkan kondisi.
Karena hilangnya keanekaragaman hayati disebabkan perusakan habitat oleh manusia. Cara yang paling sederhana adalah mengurangi limbah, dan memilih pola makan yang lebih ramah lingkungan.