CakapCakap – Cakap People! Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak mengharapkan vaksinasi luas terhadap COVID-19 hingga pertengahan tahun depan, demikian diungkapkan oleh seorang juru bicara WHO pada hari Jumat, 4 September 2020. Mereka menekankan pentingnya pemeriksaan ketat terhadap efektivitas dan keamanan vaksin.
Tak satupun dari kandidat vaksin dalam uji klinis lanjutan sejauh ini yang menunjukkan “sinyal jelas” kemanjuran pada tingkat setidaknya 50 persen yang dicari oleh WHO, kata juru bicara WHO Margaret Harris, Jumat, 4 September 2020, melansir laporan Reuters.
Rusia memberikan persetujuan peraturan untuk vaksin virus corona baru pada Agustus lalu, setelah kurang dari dua bulan pengujian pada manusia, mendorong beberapa ahli Barat untuk mempertanyakan keamanan dan kemanjurannya.
Pejabat kesehatan masyarakat Amerika Serikat (AS) dan Pfizer Inc mengatakan pada Kamis, 3 September 2020, bahwa vaksin virus corona bisa siap untuk didistribusikan paling cepat akhir Oktober 2020. Itu berarti, akan terjadi menjelang pemilihan presiden AS pada 3 November 2020. Alhasil, pandemi kemungkinan akan menjadi faktor utama di antara para pemilih memutuskan, apakah Presiden Donald Trump memenangkan masa jabatan kedua.
“Kami benar-benar tidak mengharapkan untuk melihat vaksinasi meluas sampai pertengahan tahun depan,” kata Harris dalam pengarahan PBB di Jenewa.
“(Uji klinis) tahap 3 ini harus memakan waktu lebih lama, karena kita perlu melihat seberapa protektif vaksin itu, dan kita juga perlu melihat seberapa aman vaksin tersebut,” tambahnya. Tahap 3 merupakan fase terakhir dalam penelitian vaksin dengan melakukan uji klinis besar-besaran terhadap manusia. Namun, Harris tidak merujuk pada kandidat vaksin tertentu.
Ia mengatakan bahwa semua data dari uji coba vaksin virus corona harus dibagikan dan dibandingkan.
“Banyak orang telah divaksinasi dan apa yang kami tidak tahu adalah, apakah vaksin itu bekerja. Pada tahap ini, kami tidak memiliki sinyal yang jelas, apakah vaksin itu memiliki tingkat kemanjuran dan keamanan yang bermanfaat,” Harris menambahkan.
Sementara itu, aliansi vaksin WHO dan GAVI memimpin rencana alokasi vaksin virus corona global yang dikenal sebagai COVAX. Tujuanannya, untuk membantu pembelian dan pendistribusian vaksin secara adil.
Fokusnya adalah memvaksinasi orang-orang yang paling berisiko tinggi di setiap negara seperti petugas kesehatan.
COVAX menargetkan produksi dan pengiriman 2 miliar dosis vaksin yang disetujui pada akhir 2021. Tapi, beberapa negara yang telah mengamankan pasokan mereka sendiri melalui kesepakatan bilateral, termasuk AS, mengatakan, mereka tidak akan bergabung.
“Pada dasarnya, pintunya terbuka. Kami terbuka. Yang dimaksud dengan COVAX adalah memastikan semua orang di planet ini akan mendapatkan akses ke vaksin (virus corona),” kata Harris.