in ,

Mengapa Vietnam Tertarik dengan Vaksin COVID-19 ‘Sputnik V’ Buatan Rusia? Ini Penjelasannya

Vietnam dapat membeli 50 juta hingga 150 juta dosis vaksin COVID-19 Sputnik V pada tahun 2021, menurut pemerintah dalam laporan koran Tuoi Tre.

CakapCakapCakap people! Banyak keresahan ketika Rusia mengumumkan bahwa mereka adalah negara pertama yang menyetujui vaksin untuk COVID-19, dan terlebih lagi ketika Vietnam mengatakan akan membeli hingga 150 juta dosis.

Tidak banyak yang mengharapkan berita itu, tetapi jika itu terjadi, beberapa faktor akan menjelaskan bagaimana Vietnam dan Rusia sampai ada dititik ini.

Kedua belah pihak memiliki sejarah panjang. Mulai dari tahun-tahun revolusioner pendiri Ho Chi Minh di Moskow, hingga keanggotaan mereka dalam kesepakatan perdagangan modern. Vietnam juga lebih agresif daripada kebanyakan negara lain dalam menangani COVID-19, dan perlu vaksin yang terjangkau karena Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan negara-negara kaya terhadap “nasionalisme vaksin” dan penimbunan.

Amerika Serikat yang merupakan mitra utama Vietnam, telah menyatakan keraguan atas vaksin COVID-19 yang dikembangkan Rusia dengan sangat cepat. Negara lain yang dilaporkan tertarik dengan vaksin tersebut termasuk Filipina, Indonesia, India dan Korea Selatan.

FOTO FILE: Botol kecil berlabel stiker Vaksin COVID-19 dan jarum suntik medis terlihat dalam ilustrasi yang diambil pada 10 April 2020. [Foto: REUTERS / DADO RUVIC / ILLUSTRATION]

Sejarah Perang Dingin

Beberapa negara telah memesan di muka untuk vaksin masa depan lainnya, dan ada lebih dari 150 program untuk meneliti kemungkinan vaksin di seluruh dunia, dari sel ulat sutera di Jepang, hingga penggunaan baru RNA alih-alih DNA dalam penelitian.

Rusia mengumumkan bulan ini bahwa mereka sedang dalam uji coba vaksin Fase 2 yang melibatkan pengujian pada ratusan orang. Namun, vaksin yang diberi nama Sputnik V ini belum melakukan uji coba Fase 3 dengan skala besar yang melibatkan ribuan orang. Inilah yang juga memicu kekhawatiran para ilmuwan tentang keamanan dan keefektifan vaksin Rusia tersebut.

Vietnam dapat membeli 50 juta hingga 150 juta dosis vaksin COVID-19 Sputnik V pada tahun 2021, menurut pemerintah dalam laporan koran Tuoi Tre.

“Vaksin yang telah digunakan di negara asing mungkin tidak memerlukan tes lagi ketika diimpor ke Vietnam,” kata Dr. Tran Dac Phu, seorang profesor di Pusat Operasi Darurat Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Vietnam, di stasiun televisi nasional VTV. Namun, uji coba vaksin masih harus diterapkan pada manusia untuk menguji keamanan dan efektivitasnya.

Hubungan Rusia telah memburuk di tempat lain, mulai dari campur tangan dalam pemilihan presiden AS, hingga pencaplokan wilayah Ukraina yang mendorong sanksi Uni Eropa. Sebaliknya, sebagian besar hubungan Rusia tidak tergores di Asia, terutama di Vietnam, salah satu negara komunis terakhir di dunia, yang memiliki ikatan kuat dengan Uni Soviet lama. Selain studi Ho Chi Minh tentang Lenin, banyak orang Vietnam terkemuka menghabiskan tahun-tahun pembentukan mereka di era Perang Dingin Rusia sebelum pulang membangun perusahaan yang didirikan, seperti Vietjet Air.

Ilustrasi virus corona. [Foto: NEXU Communications via Reuters]

Perilaku ‘lalai’

Vietnam yang merupakan salah satu negara di Asia Tenggara ini sudah melakukan penelitian vaksinnya sendiri sebelum pengumuman Rusia, salah satu dari banyak uji coba global karena para ilmuwan perlu menguji beragam sukarelawan. Namun, vaksin pertama yang layak kemungkinan besar datang dari negara dengan banyak sumber daya, yang menyebabkan ketakutan di WHO dan di tempat lain bahwa alih-alih bekerja sama, negara maju dapat menempatkan diri mereka sebagai yang pertama ketika vaksin muncul.

Vietnam juga menangani COVID-19 dengan serius sebelum rekan-rekannya, tetapi pertarungan semakin intensif pada bulan Juli ketika negara itu melaporkan kematian pertamanya akibat penyakit tersebut. Sekarang kasus COVID-19 telah melonjak di Vietnam dan mengharapkan kemungkinan vaksin, mengikuti pola serangan pandemi secara agresif.

“Orang-orang masih perlu mengambil langkah-langkah keamanan dan tidak menaruh semua harapan mereka pada vaksin,” kata Vu Duc Dam, Wakil Perdana Menteri Vietnam yang telah memimpin upaya penanganan pandemi.

“Karena sudah lama kita mengontrol penyakitnya dengan baik, orang menjadi lebih lalai,” ujarnya bulan ini.

“Saatnya mengingatkan diri kita sendiri bahwa pandemi masih berlangsung dan vaksin hanya akan tersedia untuk semua orang setidaknya dalam satu tahun. Kita harus memperkuat langkah-langkah untuk hidup aman bersama dengan penyaki,” katanya, mengutip VOA News.

Sebagaimana diketahui, Vietnam kini menjadi negara dengan kasus COVID-19 tertinggi di Asia Tenggara, dengan mencatatkan lebih dari 217.000 kasus infeksi dan 3.520 kematian, menurut data penghitungan Reuters, saat artikel ini diturunkan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Tesla Bakal Rilis Model 3 Hatchback Sebagai Mobil Listrik Murah Pertamanya, Berapa Harganya?

Darimana Asal Air di Bumi Ini yang Berlimpah? Studi Berikut Mengungkapkannya!