in ,

Ilmuwan Singapura Temukan Varian Baru Virus COVID-19 dengan Infeksi yang Lebih Ringan

Para ilmuwan mengatakan temuan itu berimplikasi pada pengembangan vaksin dan perawatan untuk COVID-19.

CakapCakapCakap People! Para peneliti di Singapura telah menemukan varian baru virus corona COVID-19 yang menyebabkan infeksi lebih ringan. Hasil penelitian ini diterbitkan dalam jurnal medis The Lancet pada minggu ini.

Reuters melaporkan, Jumat, 21 Agustus 2020, studi tersebut menunjukkan bahwa pasien COVID-19 yang terinfeksi varian baru SARS-CoV-2 memiliki hasil klinis yang lebih baik, termasuk proporsi yang lebih rendah yang mengembangkan oksigen darah rendah atau membutuhkan perawatan intensif.

Orang-orang yang mengenakan masker pelindung antri untuk diperiksa suhunya di luar gedung perkantoran di kawasan pusat bisnis Singapura, pada hari Senin, 10 Februari 2020. [Fotografer: SeongJoon Cho / Bloomberg]

Studi tersebut juga menunjukkan varian, yang memiliki penghapusan besar di bagian genomnya, menimbulkan respons imun yang lebih kuat.

Studi ini melibatkan peneliti dari berbagai institusi Singapura, termasuk National Center for Infectious Diseases (NCID), Duke-NUS Medical School, dan Agency for Science, Technology and Research.

“Studi ini memberikan data meyakinkan pertama yang menunjukkan bahwa perubahan genetik yang diamati (mutasi) pada SARS-CoV-2 telah memengaruhi tingkat keparahan penyakit pada pasien,” kata Gavin Smith dari Duke-NUS.

Para ilmuwan mengatakan temuan itu berimplikasi pada pengembangan vaksin dan perawatan untuk COVID-19.

Varian tersebut, yang kemungkinan besar berasal dari Wuhan, China, terdeteksi dalam cluster infeksi yang terjadi dari Januari hingga Maret 2020. Di Singapura, virus itu ditularkan dari orang ke orang melalui beberapa cluster sebelum dapat dicegah.

Ilustrasi virus corona. [Foto: CNN]

Ilmuwan Paul Tambyah di Rumah Sakit Universitas Nasional Singapura mengatakan kepada Reuters minggu ini bahwa mutasi pada virus mungkin merupakan “hal yang baik”. Virus cenderung menjadi kurang ganas saat bermutasi sehingga dapat menginfeksi lebih banyak orang tetapi tidak menyebabkan kematian.

Menurutnya, mutasi virus corona tersebut kemungkinan tidak akan berdampak pada kemanjuran vaksin potensial, meskipun ada peringatan yang berlawanan dari para ahli kesehatan lainnya.

Para ilmuwan menemukan mutasi virus corona pada awal Februari dan telah beredar di Eropa dan Amerika, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). WHO juga mengatakan, tidak ada bukti mutasi menyebabkan penyakit yang lebih parah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Pilpres AS: Joe Biden Habiskan Ratusan Milyar untuk Beriklan Selama Sebulan!

Hong Kong Umumkan Bakal Uji COVID-19 Secara Massal Mulai 1 September 2020