CakapCakap – Cakap People! Ada banyak tempat bersejarah yang dapat dikunjungi untuk menambah wawasan sejarah, mengenang kembali perjuangan para pahlawan kita merebut kemerdekaan Indonesia dan sekaligus turut mengambil bagian dalam melestarikan sejarah-sejarah tersebut.
Berikut ini ada sejumlah tempat bersejarah yang kini sudah menjadi lokasi wisata, seperti dilansir dari laman RRI berikut ini:
1. Gedung Joeang ’45
Gedung yang dibangun pada 1920-an ini awalnya adalah hotel yang dikelola oleh keluarga LC Schomper, orang berkebangsaan Belanda yang sudah lama tinggal di Batavia. Kemudian pada 1942 gedung ini diambil alih oleh pemuda Indonesia kantor yang dikelola Ganseikanbu Sendenbu (Jawatan Propaganda Jepang).
Di kantor inilah kemudian diadakan program pendidikan politik untuk mendidik pemuda-pemuda Indonesia dan dibiayai sepenuhnya oleh pemerintah Jepang.
2. Museum Kebangkitan Nasional
Lokasi ini dulu merupakan gedung sekolah STOVIA (School Tot Opleiding Van Inlandsche Arsten) atau sekolah kedokteran untuk pelajar pribumi yang telah beroperasi sejak Maret 1902. Karena nilai sejarah yang tinggi, berkaitan dengan kelahiran Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908, pada tahun 1948 ditetapkan sebagai hari Kebangkitan Nasional.
Selain itu, gedung ini juga merupakan saksi lahirnya organisasi-organisasi pergerakan kebangsaan, yaitu Boedi Oetomo, Trikoro Dharmo (Jong Java), Jong Minahasa, dan Jong Ambon. Namun sejak 1974, gedung ini dijadikan Museum Kebangkitan Nasional.
Di museum ini terdapat lebih dari 2.000 koleksi bangunan, mebel, jam dinding, gantungan lonceng, perlengkapan kesehatan, pakaian, senjata, foto, lukisan, patung, diorama, peta, dan miniatur.
3. Museum Sumpah Pemuda
Museum ini menjadi tempat melahirkan persetujuan Indonesia, yaitu berbangsa satu, berbahasa satu, dan bertanah air satu. Museum Sumpah Pemuda berlokasi di Jalan Kramat Raya Nomor 106, Jakarta Pusat, dahulunya gedung ini menjadi tempat tinggal para pelajar.
Sekarang, gedung ini dikenal dengan nama Gedung Kramat Nomor 106. Di dalam bangunan ini, pengunjung dapat melihat patung lilin para tokoh Sumpah Pemuda seperti Muhammad Yamin dan A.K Gani. Selain itu, terdapat pula patung lilin pencipta lagu kemerdekaan Indonesia, Wage Rudolf Supratman.
4. Tugu Proklamasi
Tugu Proklamasi berdiri di tanah lapang kompleks Taman Proklamasi di Jalan Proklamasi (dahulunya disebut Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56), Jakarta Pusat. Pada kompleks juga terdapat monumen dua patung Soekarno-Hatta berukuran besar yang berdiri berdampingan, mirip dengan dokumentasi foto ketika naskah proklamasi pertama kali dibacakan.
Di tempat inilah naskah proklamasi kemerdekaan RI dibacakan untuk pertama kalinya oleh Soekarno. Dulunya, tempat ini adalah rumah Soekarno tetapi dihancurkan atas permintaan Soekarno pada 1960.
5. Lawang Sewu (Semarang)
Nama Lawang Sewu tentunya sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. Gedung bersejarah ini terletak di Semarang, Jawa Tengah. Pada masa itu, yaitu sekitar tahun 1904 gedung ini dibangun dan selesai pada tahun 1907. Lawang Sewu dulunya merupakan kantor untuk Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij atau yang biasa dikenal sebagai NIS. Gedung ini terletak di Bundaran Tugu Muda.
Pada awalnya, kegiatan administrasi dilakukan di kantor Stasiun Semarang NIS. Namun, dengan bertambahnya waktu juga mengakibatkan perkembangan jalur kereta di Semarang menjadi semakin pesat dan mengakibatkan bertambahnya kebutuhan akan personil teknis dan tenaga administrasi yang lebih besar sehingga kantor NIS dianggap tidak lagi memadai.
Hal ini lah yang kemudian membuat Belanda menyewa beberapa bangunan untuk dijadikan kantor NIS. Setelah melewati beberapa pertimbangan, akhirnya dibangunlah Lawang Sewu yang akhirnya dijadikan kantor pusat NIS yang luas dan memadai.
6. Benteng Rotterdam (Makassar)
Benteng Rotterdam atau kerap kali dikenal sebagai Benteng Ujung Pandang merupakan benteng bersejarah peninggalan dari Kerajaan Gowa-Tallo. Benteng ini dibangun pada tahun 1545 oleh seorang raja yaitu Raja Gowa ke-9. Benteng ini juga menjadi saksi bisu dalam kemerdekaan Bangsa Indonesia dalam melawan Belanda pada masa itu.
Pada mulanya, benteng ini dibangun dengan konstruksi tanah liat, dan baru ketika pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-14, benteng ini direnovasi ulang dan dibangunan dengan menggunakan bahan konstruksi batu padas yang berasal dari Pegunungan Karst. Benteng ini memiliki bentuk yang unik, yaitu menyerupai penyu yang seperti akan merangkak menuruni laut.
Hal ini menjadi filosofi tertentu yang dimaknai dengan Kerajaan Gowa yang akan tetap berjaya di laut dan darat. Kemudian, Belanda menempati benteng ini dan mengganti namanya menjadi Benteng Fort Rotterdam untuk mengenang daerah kelahiran para penjajah pada masa itu, yaitu Belanda. Benteng ini kemudian dijadikan pusat penampungan rempah-rempah daerah Indonesia timur.
7. Benteng Vredeburg (Yogyakarta)
Benteng Vredeburg ini berlokasi di Yogyakarta dan sangat erat kaitannya dengan Kasultanan Yogyakarta dan perjuangan masyarakat dalam memerdekakan Indonesia. Awal mula pembangun benteng ini adalah diusulkan oleh pihak Belanda.
Pihak Belanda kemajuan kraton Yogyakarta yang semakin pesat dan ternyata mereka ingin mengontrol serta menguasai pemerintahan Yogyakarta pada masa itu. Belanda kemudian membuatkan benteng dekat kraton dengan alasan agar dapat menjaga keamanan kraton dan sekitarnya.
Padahal, benteng tersebut digunakan untuk menjadi tempat agar bisa mengontrol Kraton Yogyakarta dan segala perkembangannya baik didalam ataupun diluarnya. Letak dari benteng ini hanya satu jarak tembak meriam dari kraton dan menghadap ke jalan utama agar Belanda mudah untuk mengawasi, membuat strategi, dan menyerang pihak kraton. Sehingga, benteng ini pun dimanfaatkan oleh Belanda untuk berjaga-jaga ketika Kraton akan melakukan penyerangan.
8. Rumah Rengasdengklok
Rumah Rengasdengklok yang terletak di Kampung Bojong Tugu, Kelurahan Rengasdengklok, Kecamatan Rengasdengklok ini sangat bersejarah. Rumah ini dipakai sebagai tempat perundingan antara para pemuda yang dipimpin Soekarni dengan Soekarno–Muhammad Hatta untuk membahas kemerdekaan Indonesia.
Rumah ini dulunya adalah rumah seorang Tionghoa bernama Babah Djiaw Kie Siong. Sebenarnya rumah dari kayu jati bercat putih dan hijau ini berada di pinggir Sungai Citarum. Karena khawatir terkena abrasi sungai, maka rumah dipindahkan 100 meter lebih ke dalam. Kondisi Rumah Rengasdengklok ini masih dipertahankan apa adanya, persis seperti dahulu.
9. Museum Perumusan Naskah Proklamasi
Dulunya bangunan ini merupakan tempat kediaman Laksamana Maeda, salah satu orang yang membantu proklamasi kemerdekaan Indonesia. Pada 17 Agustus 1945 dini hari, rumah ini disibukkan oleh aktivitas perumusan naskah proklamasi.
Museum Perumusan Naskah Proklamasi adalah gedung yang dibangun untuk mengenang peristiwa proses perumusan naskah proklamasi kemerdekaan di Indonesia. Terletak di Menteng, di bangunan ini terdapat 4 ruangan yang berisi pameran benda-benda yang dikenakan para tokoh yang hadir dalam perumusan naskah proklamasi.
10. Gedung Radio Republik Indonesia (RRI)
Tempat bersejarah terakhir ada pada gedung Radio Republik Indonesia yang mempunyai peranan penting dalam menyebarkan pemberitaan proklamasi ke seluruh penjuru dunia, termasuk Eropa dan Amerika Serikat pada masa itu.
Gedung RRI terletak di Jalan Medan Merdeka Barat 4-5 Gambir, Jakarta Pusat. Hingga saat ini, RRI masih mengudara dan memberikan berbagai informasi untuk masyarakat.
*Foto: RRI