in ,

Inilah Randoseru, Tas Anak SD di Jepang yang Bisa Melindungi dari Marabahaya dan Bencana

Sejarah tas randoseru sebenarnya terinspirasi dari model tas punggung militer Belanda, yang disebut ransel.

CakapCakapCakap People! Untuk kamu yang pernah menonton serial animasi Jepang (anime) keberadaan tas punggung ini tentu bukan hal yang asing. Misalnya dalam serial Doraemon, yang bercerita tentang Nobita Nobi, pelajar sekolah dasar (SD) di Jepang.

Nah, ketika menampilkan latar sekolah, Nobita dan teman-temannya terlihat mengenakan tas punggung dengan bentuk serupa. Tas sekolah inilah yang disebut sebagai randoseru.

Menurut laporan Kompas.com, Minggu, 9 Agustus 2020, yang mengutip situs Living in Japan menjelaskan bahwa randoseru sudah menjadi tas kebanyakan siswa SD di Jepang, yang memiliki desain yang kokoh dan dulunya terbuat dari kulit binatang, meski saat ini sudah banyak yang memakai kulit sintetis.

Maka tak heran, tas yang banyak beredar saat ini punya bobot yang lebih ringan dibanding pendahulunya, tetapi bobotnya tetap saja lebih dari 1 kilogram untuk tas punggungnya saja, belum termasuk dengan isi buku dan bekal harian.

Sebuah sekolah dasar dibuka kembali dengan para murid memakai masker pelindung, menyusul penyebaran penyakit virus korona (COVID-19), di Nagasaki, selatan Jepang, Senin, 11 Mei 2020, dalam foto yang diambil oleh Kyodo.[Foto: ANTARA FOTO/Kyodo/via REUTERS]

Tas randoseru ternyata memang dirancang untuk tahan digunakan setiap hari selama enam tahun masa sekolah dasar.

Itulah sebabnya beberapa produsen bahkan menawarkan garansi dan juga layanan perbaikan gratis bila terjadi kerusakan dalam masa enam tahun itu.

Artinya sampai lulus SD, anak-anak di Jepang akan bersekolah dengan tas yang sama.

Tak hanya tahan lama, tas punggung ini juga berfungsi sebagai bantalan bila anak jatuh terjengkang, sehingga, posisi jatuh anak tidak membahayakan kepala.

Tas ini juga bisa digunakan sebagai pelampung saat terjadi banjir, dan karena Jepang sering dilanda gempa, juga bisa digunakan untuk melindungi kepala saat terjadi keruntuhan bangunan.

Kemudian, karena anak-anak sekolah di Jepang berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki, randoseru juga didesain tahan air.

Hal ini membuat anak-anak tidak perlu khawatir buku-buku yang disimpan dalam tas akan basah saat terjadi hujan.

Selain itu, meski punya bobot yang cukup berat, namun desain randoseru memungkinkan beban tas dan isinya didistribusikan secara merata ke seluruh tubuh, dan tidak membebani punggung atau tulang belakang anak.

Maka jangan heran, harga tas randoseru dibanderol dengan harga yang bervariasi mulai dari di bawah 30.000 yen atau Rp 4 jutaan sampai yang lebih dari 100.000 yen atau sekitar Rp 13 juta, bahkan ada juga yang sampai 17 jutaan.

Ilustrasi tas randoseru. [Foto via Hai Online]

Sejarah tas randoseru

Dijelaskan dari kompas.com, sejarah tas randoseru sebenarnya terinspirasi dari model tas punggung militer Belanda, yang disebut ransel.

Seiring dengan westernisasi di bidang militer, pada periode Edo, militer Jepang ini mengadopsi model tas punggung tentara Belanda.

Baru pada tahun Meiji 18 atau sekitar 1885, tas punggung militer ini digunakan oleh anak sekolah.

Sekolah pertama yang mengadopsi model tas ini adalah Gakushuin, dengan alasan agar anak-anak bisa menggerakkan kedua tangannya dengan bebas.

Awalnya tas ini tidak wajib dimiliki oleh siswa SD, namun karena tren dan fungsinya yang banyak, ditambah semua orang memakainya, maka masing-masing anak SD di Jepang punya satu randoseru.

NHK World menjelaskan, alasan di balik maraknya kehadiran randoseru di Jepang masih menjadi misteri. Padahal, di tingkat nasional, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Sains dan Teknologi mengatakan tidak pernah ada Undang-Undang yang mewajibkan penggunaannya. Ini juga berlaku di tingkat lokal.

Dewan Pendidikan Daerah Shibuya Tokyo mengatakan, meski mendorong siswa yang lebih muda untuk memakai ransel, seperti randoseru, sehingga lengan mereka bebas untuk menahan jatuh, namun tidak ada peraturan yang mewajibkan penggunaannya.

“Gambaran siswa sekolah dasar dengan randoseru sangat umum di Jepang,” kata seorang pejabat dewan pendidikan Shibuya.

“Saya pikir banyak anak menyukainya karena setiap orang memilikinya,” imbuhnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Studi Baru Ungkap Pasien Virus Corona di Wuhan Menderita Kerusakan Paru Jangka Panjang

Toshiba Akhirnya Resmi Pamit dari Industri Laptop Setelah 35 Tahun!