CakapCakap – Cakap People, kali ini penghapusan peta Palestina kembali ramai dibicarakan publik. Sehingga Apple dan Google dituduh menghapus Palestina dari peta digital mereka. Benarkah demikian?
Menurut lansiran Independent pada Minggu (19/7/2020), pihak Google tak memberikan klarifikasi terkait tudingan tersebut. Namun pada bagian dari situs webnya menyatakan batas-batas yang disengketakan.
“Batas yang disengketakan ditampilkan sebagai garis abu-abu putus-putus. Tempat-tempat yang terlibat tidak menyetujui batas,” pada kutipan artikel tersebut.
Terkait tuduhan kepada Google yang disebut menghapus nama Palestina dari peta digital mereka sebenarnya sudah pernah terjadi sebelumnya.
Tahun 2016, sebuah petisi di laman change.org mengklaim semua yang menyebut Palestina “telah dihapus atas desakan pemerintah Israel,”. Petisi tersebut juga menuliskan “dua pendiri Google memiliki hubungan dekat dengan Israel dan para pemimpinnya.”
Petisi ‘Google: Letakkan Palestina di Peta Anda!’ tetap aktif dan hingga saat ini, dan sudah mengumpulkan menerima lebih dari 800.000 tanda tangan.
Palestina sendiri merupakan negara yang sudah diakui oleh 136 anggota Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) sebagai negara merdeka. Akan tetapi tidak dengan AS yang merupakan lokasi kantor pusat Google dan Apple.
https://www.instagram.com/p/CCrMXSAh2jw/?utm_source=ig_embed
Fyi nih, Cakap People, pada kenyataan yang ada selama ini, wilayah dengan nama Palestina pada peta digital Google dan Apple memang tidak pernah ada. Pencarian untuk Palestina di Apple Maps dan Google Maps menunjukkan garis besar untuk wilayah Jalur Gaza dan Tepi Barat, tetapi tak ada label atau tulisan yang menunjukkan negara tersebut adalah Palestina.
Klaim perihal penghapusan Palestina di peta baru-baru ini berawal dari sebuah postingan viral di Instagram dengan akun bernama @Astagfirollah yang diunggah pada Rabu (15/7/2020). Ia menuduh dua perusahaan teknologi raksasa “secara resmi mengeluarkan” Palestina dari peta digital mereka.
Meskipun begitu, pada kenyataannya postingan tersebut berisi “informasi palsu” lho, Cakap People. Tetapi akibat hal ini, jadi muncul artikel berita dan postingan di platform media sosial lainnya yang mendukung Palestina dengan menyebarkan klaim jika kedua perusahaan asal Amerika Serikat itu mendukung pendudukan Israel.