in

Sang Hujan Bulan Juni, Sastrawan Senior Sapardi Darmono Tutup Usia

Berpulangnya Sapardi Darmono sentak mengagetkan para pencinta karyanya, dengan banyaknya ucapan belasungkawa yang dilontarkan masyarakat Indonesia melalui linimasa media sosial.

CakapCakap – Siapa yang tidak mengenal Sapardi Darmono, seorang penyair dan sastrawan senior kepunyaan Indonesia ini sudah berkarya dan mengeluarkan banyakk karya sastra yang melegenda. Pada hari ini, senior bernama lengkap Sapardi Djoko Darmono tutup usia pada usia 80 tahun, di Rumah Sakit di BSD Tangerang Selatan. Berpulangnya Sapardi Darmono sentak mengagetkan para pencinta karyanya, dengan banyaknya ucapan belasungkawa yang dilontarkan masyarakat Indonesia melalui linimasa media sosial.

Sapardi Darmono, yang merupakan penyair angkatan 1970-an ini telah menghasilkan banyak karya sastra berupa puisi dan cerpen. Beberapa yang melegenda antara lain Hujan Bulan Juni, Yang Fana Adalah Waktu, dan Aku Ingin dan Pada Suatu Hari Nanti.

Sapardi Darmono Tutup Usia

Beliau yang lahir pada 20 Maret 1940, memang sudah menekuni bidang sastra sejak usia remaja. Sajak yang dia tulis pada usia 17 tahun pun, pernah menjadi sajak wajib dalam pertemuan Kesenian Nasional Indonesia beberapa kali. Selain itu, beliau adalah seorang kritikus sastra, pakar sastra, pengamat, dan juga dosen. Beliau pernah berbicara mengenai talentanya ini, bahwa ini bukanlah bakat, tetapi merupakan niat dan konsistensi. Dengan modal niat dan konsistensi, semua manusia bisa memproyeksikan ide mengenai dirinya menjadi sebuah kenyataan. Inilah yang beliau kerjakan sepanjang kehidupannya.

Sapardi muda pernah mengenyam pendidikan di Fakultas Sastra, Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, jurusan Bahasa Inggris. Selain itu, beliau juga sempat mendalami pengetahuan di bidang humanities atau kemanusiaaan di University of Hawaii, Amerika Serikat. Pada 1995, beliau mendapatkan gelar sebagai Guru Besar di Fakultas Sastra, Universitas Indonesia (UI) di Depok.

Sastrawan Sapardi Darmono

Cakap People, sepanjang hidupnya, Sapardi telah menulis beberapa buku yang sangat penting, antara lain Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas (1978), Novel Sastra Indonesia Sebelum Perang (1979), dan Kesusastraan Indonesia Modern: Beberapa Catatan (1999). Ada juga beberapa karya fiksi yang melegenda hingga sekarang Novel Jawa Tahun 1950-an:Telaah Fungsi, Isi, dan Struktur (1996), Politik, Ideologi, dan Sastra Hibrida (1999), Sihir Rendra: Permainan Makna (1999) dan Puisi Indonesia Sebelum Kemerdekaan: Sebuah Catatan Awal.

Beliau yang dikenal sebagai pribadi yang ramah sempat juga meraih beberapa penghargaan, diantaranya Anugerah Kalyana Kretya dari Menristekdikti pada 1996, Anugerah Seni dari Pemerintah Indonesia pada 1990, Cultural Award dari Australia pada 1978, dan SEA Write Award dari Thailand pada 1986.

Selamat Jalan Sapardi Djoko Darmono, bapak Hujan Bulan Juni. Karyamu akan selalu membekas.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sejarah Berdirinya Patung Bung Karno di Aljazair

Melampaui China, Jumlah Kasus Positif Indonesia per 18 Juli Capai Angka 84.882