in ,

Studi: Konsumsi Terlalu Banyak Makanan Manis Bisa Tingkatkan Risiko Alzheimer

Untuk penelitian ini, hampir 2800 orang Prancis di atas usia 65 dipantau selama periode 12 tahun

CakapCakapCakap People! Sebuah studi yang dipimpin oleh para peneliti Prancis dari Inserm (Institut Nasional Kesehatan dan Penelitian Medis Prancis) dan University of Montpellier menunjukkan hubungan antara konsumsi berlebihan makanan manis dan peningkatan risiko pengembangan Alzheimer pada orang dengan kecenderungan genetik terhadap penyakit tersebut. 

Untuk penelitian ini, hampir 2800 orang Prancis di atas usia 65 dipantau selama periode 12 tahun, untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang kemungkinan bisa meningkatkan risiko demensia. Sementara kecenderungan genetik memainkan peran penting dalam timbulnya Alzheimer, faktor-faktor lingkungan seperti diet juga dapat berdampak. 

Foto: Malaysia Tourism

Para penulis studi yang diterbitkan di Alzheimer’s and Dementia melakukan eksplorasi bagaimana konsumsi gula setiap hari dapat mempengaruhi perkembangan penyakit.

Penelitian sebelumnya pada hewan telah menunjukkan bahwa pati dan tambahan gula (sukrosa, glukosa dan sirup fruktosa) dapat memperburuk gejala yang terkait dengan Alzheimer dan mempercepat penampilan endapan amiloid di otak, yang merupakan ciri khas dari penyakit neurodegeneratif.

Risiko dua hingga tiga kali lebih tinggi dikaitkan dengan camilan (snack) sore yang manis

Foto: Pixabay

Tim peneliti fokus pada pasien dari kohort Three-City Study sebelumnya untuk menganalisis kecenderungan genetik mereka, konsumsi gula dan risiko mengembangkan demensia. Sebanyak 350 kasus demensia terkait dengan kebiasaan makan dan khususnya dengan beban glikemik (kemampuan makanan untuk meningkatkan kadar gula darah tergantung pada porsi yang dikonsumsi) yang telah dipelajari.

Di antara peserta tanpa kecenderungan genetik, tim peneliti tidak menemukan hubungan antara terjadinya demensia dan konsumsi makanan manis saat sarapan, makan siang, camilan sore atau makan malam.

Namun di antara pasien yang memang memiliki kecenderungan genetik, lebih khusus, alel E4 dari gen APOE, mereka yang memiliki kebiasaan makan camilan sore dua atau tiga kali lebih mungkin untuk mengembangkan demensia untuk setiap porsi tambahan yang setara dengan beban 30 gram-glikemik baguette.

Foto: Today Online

Puncak insulin mungkin terlibat

Risiko ini dinilai secara independen dari beberapa faktor yang berpotensi berkontribusi seperti asupan energi harian, aktivitas fisik, adanya komorbiditas atau mengikuti diet sehat.

Masih harus dilihat mengapa risiko yang terkait dengan konsumsi gula dan genotipe ini hanya terlihat dalam data konsumsi camilan. Menurut penulis publikasi, satu hipotesis yang mungkin adalah fenomena resistensi insulin, “patologi yang terlibat dalam diabetes tipe 2 dan menyukai konsumsi gula,” jelas Sylvaine Artero, seorang peneliti Inserm yang mengawasi penelitian.

Studi menunjukkan bahwa makanan ringan sangat sering rendah lemak dan serat sehingga lebih cepat diproses oleh tubuh, yang dapat memicu puncak insulin.

“Jika ini berulang setiap hari, puncak insulin ini pada akhirnya dapat menyebabkan resistensi insulin perifer tetapi juga pada resistensi insulin otak (di mana otak kurang sensitif terhadap insulin dan kurang mampu menggunakan glukosa) melalui stres oksidatif dan peradangan, yang akan mendorong perkembangan demensia,” kata Sylvaine Artero dalam siaran pers.

“Hasil ini membuka jalan bagi strategi pencegahan baru tetapi perlu dikonfirmasi oleh studi berbasis populasi lainnya dan diselidiki lebih lanjut oleh studi eksperimental untuk lebih memahami hubungan antara konsumsi gula, resistensi insulin dan pengembangan demensia,” simpul peneliti. 

Source: AFP Relaxnews via World of Buzz, Jumat, 10 Juli 2020

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WHO Rilis Pedoman Baru yang Mengakui Virus Corona Bisa Menular Lewat Udara

Rajin Donasi, Kekayaan Warren Buffet Masih Tercatat Lebih dari Rp 1.000 Triliun