CakapCakap – Cakap People! Virus corona baru masih menguasai dunia hingga saat ini dan telah menginfeksi lebih dari 10,1 juta orang di seluruh dunia dengan lebih dari 500 ribu orang meninggal dunia. Adapun di Indonesia, kasus COVID-19 ini sudah mencapai lebih dari 55 ribu orang saat artikel ini diturunkan
Virus corona baru yang belum diketahui kapan akan berakhir ini menjangkiti siapapun tanpa pandang bulu, termasuk anak-anak. Hanya saja, anak-anak juga mudah sakit karena alergi.
Lalu, bagaimana cara membedakan gejala terinfeksi virus corona pada anak-anak dengan alergi?
Untuk diketahui, alergi pada anak juga memiliki beberapa gejala yang sama dengan virus corona, seperti batuk dan pilek.
Orangtua sebaiknya tidak panik terlebih dahulu jika anak menunjukkan gejala mirip COVID-19, seperti batuk dan pilek. Bisa saja batuk dan pilek tersebut merupakan gejala alergi.
Mengutip laporan Kompas.com, Senin, 29 Juni 2020, Konsultan Alergi dan Imunologi Anak, Prof. DR. Budi Setiabudiawan, SpA (K), M.Kes menyebutkan, gejala alergi akan muncul di tiga organ, salah satunya adalah organ pernapasan. Oleh karena itu, bisa saja terjadi kemiripan antara gejala infeksi dan alergi.
Untuk membedakan gejala saluran pernapasan untuk kasus alergi atau infeksi, cobalah menjawab setidaknya tiga pertanyaan berikut.
1. Apakah selama batuk/pilek disertai demam?
2. Apakah sering terjadi di malam hari atau muncul sepanjang hari?
3. Apakah keluar dahak? Jika iya, apakah dahak mengental seperti ingus dan seperti apa warnanya?
Prof. Budi menjelaskan, jika anak mengalami infeksi, termasuk infeksi virus corona, maka gejala batuk/pilek biasanya disertai dengan demam, sementara alergi biasanya tidak disertai demam.
Jika penyebabnya infeksi, kejadian batuk atau pilek terjadi sepanjang hari, sementara alergi utamanya muncul pada malam hari.
Dahak atau ingus yang mengental dan berwarna juga merupakan gejala infeksi, sedangkan ingus atau dahak pada anak yang menderita alergi cenderung encer dan bening.
Jika anak mengalami baik infeksi maupun alergi, segeralah berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosa yang kurat dan anak bisa mendapatkan penanganan yang tepat.