CakapCakap – Cakap People! Ada sejumlah gejala terbaru yang kemungkinan adalah tanda infeksi virus corona jenis baru (COVID-19). Bahkan, selama ini banyak orang yang dinyatakan positif terinfeksi tidak mengalami gejala-gejala umum seperti demam, batuk, serta kesulitan bernapas.
Dilansir Times Now News, selain gejala umum, ada beberapa kondisi yang jarang terjadi tapi ditemukan pada pasien COVID-19 yaitu diare. Meski demikian, ada gejala yang lebih jarang terjadi, tapi ditemukan pada beberapa orang yang positif COVID-19, yaitu di antaranya mengalami masalah jantung dan neurologis.
Kemudian, ada beberapa pasien COVID-19 yang pertama kali ditemukan terlebih dahulu mengalami masalah gastrointestinal atau keadaan darurat terkait perut, seperti pankreatitis dan iskemia usus.
Selain itu, sejumlah orang juga kehilangan nafsu makan, tak bisa mengecap rasa dan tak bisa mencium bau yang ternyata terkait dengan infeksi virus corona jenis baru.
Untuk memahami adanya gejala yang sangat jarang dari COVID-19. Dr Sandeep Gore, seorang dokter yang juga adalah Director, Emergency Medicine, Fortis Hospital, Mulund, Mumbai, mengatakan, ada beberapa kasus yang ditemui olehnya.
Pertama adalah yang terjadi pada seorang perempuan berusia 32 tahun datang ke ruang gawat darurat dengan mengalami nyeri dada.
Hasil EKG menunjukkan bahwa pasien mengalami serangan jantung, tetapi sinar-X menunjukkan infeksi virus corona jenis baru. Hasil tes swab kemudian dikirim untuk diuji lebih lanjut dan ia dinyatakan positif COVID-19.
Kasus kedua melibatkan seroang pria berusia 54 tahun. Pada awalnya, ia datang ke UGD dengan mengalami sebagian tubuh lemah. Hasil MRI menunjukkan bahwa strok akut terjadi, tetapi rontgen dada mengungkap temuan mirip infeksi virus corona jenis baru dan hasil swab menyatakan positif COVID-19.
Kasus ketiga terjadi pada seorang laki-laki berusia 34 tahun yang datang ke UGD dalam kondisi lemah. Ia mengalami kehilangan nafsu makan, kehilangan kemampuan perasa, dan tak bisa mencium bau. Hasil swab pasien kemudian dikirim setelah X-ray menunjukkan fitur seperti COVID-19. Hasil tes mengonfirmasi bahwa ia positif terinfeksi virus corona jenis baru.
COVID-19 membuat darah lebih rentan terhadap pembekuan, karenanya pada pasien muda tanpa komorbiditas, orang dapat melihat infeksi virus corona jenis baru sebagai serangan jantung atau bahkan strok.
Fenomena ‘badai sitokin’, yang merupakan respons inflamasi yang terlalu aktif dan bersemangat, membuat seseorang lebih rentan terhadap pembekuan darah. Gumpalan kecil ini memicu serangan jantung, serangan otak, iskemia ekstremitas akut, gagal ginjal, dan darurat perut.
“Untuk sebagian pasien yang datang ke UGD dengan strok atau serangan jantung, ditemukan bahwa gangguannya dipicu oleh COVID-19. Oleh karena itu, kami harus waspada dalam mengevaluasi semua kasus untuk menemukan indikator yang lebih baru, selain gejala klasik seperti demam, sakit tenggorokan, dan batuk kering,” ujar Gore.
Gore, yang telah mempelajari lebih dari 90 kasus COVID-19 dalam dua bulan terakhir mengatakan, sekitar satu dalam setiap lima kasus menunjukkan gejala yang menipu. Ia menegaskan bahwa gejala primer tidak ada hubungannya dengan kondisi yang mendasari pasien.
“Agar siap menangani pasien seperti itu adalah keharusan, kami melatih dokter untuk mengintubasi pasien menggunakan teknik yang sesuai yang secara khusus dikembangkan untuk menjaga mereka tetap aman saat melakukan prosedur darurat pada pasien dengan COVID-19,” ujar Gore.
Setiap UGD di rumah sakit memiliki dua peran penting dalam menangani kasus-kasus COVID-19 dan terkait.
Pertama adalah mencegah infeksi silang dan mencegah kesalahan diagnosis yang dapat mengakibatkan pasien dirawat hanya untuk gejala yang ditunjukkannya, bukan untuk virus corona jenis baru yang mendasarinya.
Pengambilan riwayat kesehatan yang terfokus, evaluasi yang rinci, dan pencitraan yang rasional membantu kasus COVID-19 tertangani lebih awal dan pasien dapat ditempatkan di area Isolasi Darurat.
Pendekatan ini membantu memisahkan pasien menjadi area COVID-19 positif dan non-COVID di rumah sakit, demi mencegah pasien dengan COVID-19 masuk ke area yang tidak dialokasikan, sehingga dapat menimbulkan risiko besar bagi pasien lain.
Oleh karena itu, diagnosis yang akurat, perawatan gawat darurat yang cepat, dan transfer pasien ke area perawatan pasien yang tepat dari gawat darurat menjadi sangat penting.
3 Comments
Leave a Reply3 Pings & Trackbacks
Pingback:Virus Corona Telah Menginfeksi Lebih dari 8 Juta Orang di Seluruh Dunia - CakapCakap
Pingback:Indonesia Jadi Negara dengan Kasus COVID-19 Tertinggi di Asia Tenggara, Lampaui Singapura! - CakapCakap
Pingback:Beijing Tetapkan Status Siaga Tinggi dan Perluas Pembatasan Sejak Kasus Virus Corona Meningkat - CakapCakap