CakapCakap – Cakap People! Sudah sekitar satu minggu sejak kematian George Floyd, 46 tahun, dan banyak orang yang berdemo di Amerika Serikat untuk memprotes kebrutalan polisi dan rasisme di antara orang Afrika-Amerika.
Demo yang berujung kerusuhan dan bentrokan keras dengan polisi terus memenuhi jalan-jalan dengan banyak orang menyerukan keadilan bagi George Floyd.
Pada hari Senin, 1 Juni 2020, waktu Amerika Serikat, persimpangan Minneapolis — tempat di mana tepat George Floyd terbunuh —dibanjiri dengan demonstran dan wartawan ketika adiknya, Terrence Floyd datang memberikan keterangan dan memohon kepada masyarakat untuk menghentikan protes keras mereka, NBC News melaporkan, Selasa, 2 Juni 2020.
Dalam sebuah video emosional, Terrence Floyd mengatakan, “Saya mengerti kalian semua kesal. Tapi saya tidak yakin kalian kesal sepertiku.”
“Jadi, jika saya tidak ke sini, keluar, jika saya tidak ke sini untuk meledakkan barang-barang, jika saya tidak di sini mengacaukan komunitasku, lalu apa yang kalian lakukan? Kalian tidak akan melakukan apa-apa, itu sama sekali tidak akan membawa saudaraku kembali.”
Terrence kemudian menambahkan bahwa keluarganya adalah keluarga yang damai dan takut akan Tuhan dan mengatakan kepada orang banyak bahwa George tidak ingin mereka melakukan ini.
“Dalam setiap kasus kebrutalan polisi, hal yang sama telah terjadi: kalian memprotes, kalian menghancurkan barang-barang, dan mereka tidak bergerak,” katanya.
“Kalian tahu mengapa mereka tidak bergerak? Karena itu bukan barang mereka, itu barang kita, jadi mereka ingin kita menghancurkan barang-barang kita. Jadi mari kita lakukan ini dengan cara lain. “
Terrance Floyd mengatakan kepada warga AS bahwa dengan cara seperti apapun, hal ini tidak akan mengubah sistem keadilan. Ia menyarankan kepada warga AS untuk mengikuti pemilihan tingkat negara bagian sebagai wujud untuk perubahan dengan menggunakan hak suara mereka.
“Mari kita berhenti berpikir bahwa suara kita tidak penting,” katanya.
“Tidak hanya untuk presiden, tetapi pemilihan tingkat negara bagian. Didiklah diri sendiri. Jangan menunggu orang lain memberi tahu siapa yang kalian pilih. Mendidik diri sendiri dan tahu siapa yang kalian pilih,” ucapnya.
Dia kemudian berlutut ke tanah dan memimpin kerumunan massa dengan serangkaian nyanyian, termasuk “Peace on the left, justice on the right,” yang berarti mengatakan bahwa kedamaian dan keadilan; keduanya harus berjalan seiring.
Terrence kemudian berterima kasih kepada orang banyak atas dukungan mereka dan mengajak mereka untuk terus menyuarakan keadilan atas kematian saudaranya.
Aksi demo massa dipicu kematian George Floyd yang meninggal setelah diinjak lehernya dengan lutut oleh petugas polisi
Massa yang bergerak ini melakukan aksi demonstrasi dipicu atas meninggalnya George Floyd, pada Senin, 25 Mei 2020. George meninggal tak lama setelah 4 orang petugas polisi menangkapnya di Minneapolis.
George akhirnya meninggal setelah seorang polisi kulit putih menginjak lehernya dengan lutut. Saat peristiwa itu terjadi, George telah memohon kepada petugas polisi bahwa dirinya sudah tidak bisa bernapas saat lutut polisi itu menginjak lehernya.
“Saya tidak bisa bernapas, pak petugas,” kata George saat itu, namun diabaikan oleh polisi tersebut.
George akhirnya meninggal dunia saat di bawa ambulans dalam perjalanan menuju rumah sakit.
Sebagian aksi demo awalnya berjalan damai, tetapi di sejumlah titik menjadi rusuh setelah mereka bentrok dengan petugas kepolisian setempat. Bahkan para demonstran juga melakukan aksi dengan menjarah toko, membakar pemukiman hingga membakar mobil.
Derek Chauvin didakwa pembunuhan tingkat tiga
Dalam perkembangan kasus kematian George Floyd, jaksa yang menangani kasus kematian George Floyd akhirnya mengumumkan bahwa salah satu petugas polisi yang telah diberhentikan, Derek Chauvin, yang telah menginjak leher Floyd selama delapan menit itu ditangkap dan didakwa dengan pembunuhan tingkat tiga.