in ,

Polisi Myanmar Sita Obat-obatan Terlarang Terbesar di Asia, Termasuk 200 Juta Tablet Metamfetamin

Jeremy Douglas, koordinator regional untuk Kantor Narkotika dan Kejahatan PBB (UNODC), mengatakan skala penyitaan itu “benar-benar di luar grafik.”

CakapCakapCakap People! Polisi Myanmar telah menyita obat-obatan terlarang terbesar di Asia dalam beberapa dasawarsa. Mereka menyita ratusan juta dolar barang selundupan termasuk jumlah metylfentanyl yang belum pernah terjadi sebelumnya, yaitu opioid sintetis yang sangat berbahaya.

Melansir CNN, penyitaan yang sudah diumumkan pada Senin, 18 Mei 2020 itu, adalah hasil selama operasi tiga bulan yang berpusat di sekitar desa Lwe Kham di Kotapraja Kutkhai di negara bagian Shan di timur laut Myanmar. Tiga puluh tiga tersangka ditangkap.

Polisi Myanmar menyita obat-obatan terlarang terbesar di Asia dalam beberapa dasawarsa. [Foto: Reuters]

Jeremy Douglas, koordinator regional untuk Kantor Narkotika dan Kejahatan PBB (UNODC), mengatakan skala penyitaan itu “benar-benar di luar grafik.”

Polisi menyita hampir 200 juta tablet metamfetamin, lebih dari 500 kilogram kristal metamfetamin, 35,5 metrik ton dan 163.000 ribu liter bahan kimia pendahulu yang digunakan untuk memproduksi obat-obatan terlarang, kata pihak berwenang Myanmar dan UNODC dalam pernyataan bersama.

Mereka juga menyita hampir 3.750 liter (990 galon) cairan methylfentanyl, yang merupakan opioid sintetis kuat seperti fentanyl. Diyakini ini adalah pertama kalinya pihak berwenang menemukan fentanil dalam jumlah yang sangat besar di Asia Tenggara.

Wilayah ini sejauh ini terhindar dari krisis opioid seperti itu di Amerika Serikat, tetapi para ahli telah memperingatkan bahwa produsen obat-obatan di Asia pada akhirnya mungkin memilih untuk memasok mereka yang menggunakan obat-obatan opiat seperti heroin dengan opioid sintetis, yang dibuat untuk meniru struktur kimia — obat berbasis poppy.

Para pengguna berpotensi lebih mudah untuk overdosis dengan mengonsumsi opiod sintetis, terutama jika pengguna narkoba tidak tahu apa yang mereka konsumsi. 

Tiga orang dilaporkan overdosis di Bangkok pada bulan September lalu, diyakini sebagai indikasi pertama bahwa fentanyl sudah muncul dalam pasokan heroin di ibu kota Thailand. Salah satu pengguna yang menyaksikan peristiwa overdosis itu mengatakan kepada CNN bahwa kelompok itu berpikir mereka menggunakan heroin, bukan fentanyl.

Myanmar adalah penghasil opium terbesar kedua setelah Afghanistan. [Foto: Reuters]

Douglas mengatakan bahwa jumlah prekursor metilfentanyl yang disita itu dapat digunakan untuk memproduksi sejumlah opioid sintetik yang cukup besar untuk menggantikan produksi heroin di kawasan itu selama setahun.

“Ini mungkin saat yang kita khawatirkan – opioid sintetik berada di wilayah ini dengan jumlah besar,” katanya.

Myanmar adalah penghasil opium terbesar kedua di dunia, setelah Afghanistan. Perdagangan obat terlarangnya telah berkembang karena tanah pegunungan dan perbatasannya yang longgar.

Negara itu terletak di “Segitiga Emas”, sebuah wilayah yang dibagi dengan China, Laos, dan Thailand, yang dikenal karena memasok obat-obatan, bisnis bernilai miliaran dolar.

Antara 2018 dan 2019, total 14 laboratorium obat-obatan gelap disita di Myanmar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Bos Perusahaan Ini Baru Saja Kehilangan Satu Karyawan Loyalnya, Ini Pelajaran yang Bisa Diambil!

Tips Mempertahankan Bisnis di Tengah Ancaman Pandemi!