CakapCakap – Cakap People! Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menghentikan sementara pengujian obat malaria hydroxychloroquine sebagai pengobatan potensial untuk COVID-19. Demikian disampaikan Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, dalam konferensi pers pada hari Senin, 25 Mei 2020.
Sementara itu, Mike Ryan, kepala program kedaruratan WHO, memperingatkan dalam konferensi pers virtual yang sama bahwa, meskipun negara-negara melakukan pelonggaran pembatasan atau lockdown, dunia “tepat di tengah gelombang pertama” dari wabah, dan mungkin ada yang dalam puncak gelombang kedua.
Pernyataan WHO itu muncul beberapa hari setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa ia telah menggunakan hydroxychloroquine sebagai langkah pencegahan terhadap virus tersebut. Trump juga telah lama menggembar-gemborkan manfaat hydroxychloroquine sebagai pengobatan yang mungkin untuk COVID-19, bahkan ketika para ahli kesehatan memperingatkan bahwa obat itu mungkin tidak aman.
“Kelompok eksekutif telah menghentikan sementara uji coba hydroxychloroquine dan data keamanan sedang ditinjau oleh dewan pemantauan keamanan data,” ujar Direktur Jenderal WHO Tedros Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers Senin, 25 Mei 2020, waktu setempat seperti dilansir Aljazeera.
WHO sebelumnya tidak merekomendasikan penggunaan hydroxychloroquine untuk mengobati maupun mencegah infeksi virus corona. Hal itu karena belum ada uji klinis yang membuktikan bahwa obat tersebut efektif menyembuhkan infeksi COVID-19.
Sebelumnya, Presiden Trump menyatakan, dia telah rutin mengonsumsi hydroxychloroquine setiap hari selama satu pekan. Padahal, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) belum memberikan rekomendasi penggunaan obat anti malaria itu untuk mencegah virus corona.
Hingga kini, FDA masih meneliti dampak dan efek samping dari penggunaan obat tersebut. Alasan Trump mengkonsumsi hydroxychloroquine karena membaca sejumlah surat dari orang-orang yang menangani pasien virus corona bahwa obat tersebut bisa mencegah penularan.
Trump mengatakan, dirinya sampai saat ini tidak terpapar oleh virus corona. Pada masa awal pandemi virus corona, Trump sempat memberikan pernyataan yang meyakini bahwa hydroxychloroquine adalah obat yang ampuh mengobati dan mencegah virus corona.
Hal itu membuat permintaan terhadap obat tersebut di AS dan negara-negara lain meningkat tajam. Namun, sejumlah pakar obat-obatan dan kedokteran meragukan klaim tersebut.
FDA telah memperingatkan penggunaan hydroxychloroquine pada pasien COVID-19 mampu meningkatkan risiko penyakit jantung.