CakapCakap – Cakap People! Kementerian Kesehatan di Rwanda telah mengumumkan bahwa mereka akan menggunakan lima robot sebagai pekerja garis depan untuk melawan virus corona baru (COVID-19).
Dalam akun Twitter resminya, Departemen Kesehatan Rwanda memperkenalkan apa yang mereka sebut sebagai “robot epidemi”. Kelima robot tersebut bernama; Akazuba, Ikirezi, Mwiza, Ngabo, dan Urumuri, yang akan digunakan di rumah sakit untuk meminimalkan risiko infeksi di kalangan profesional perawatan kesehatan.
Robot buatan Belgia ini memiliki kemampuan untuk membantu perawat medis melakukan pemeriksaan suhu, memantau status atau kondisi pasien, menyimpan catatan medis, mengirimkan makanan dan obat-obatan ke kamar pasien, mengambil data, dan bahkan memberi tahu petugas yang bertugas tentang kelainan yang terdeteksi.
“Sifat menular COVID-19 menyerukan inovasi teknologi untuk mengatasi pandemi. Inilah sebabnya Rwanda memperkenalkan robot dan drone di antara inisiatif teknologi tinggi lainnya untuk meningkatkan efisiensi dalam pertarungan,” kata Menteri Inovasi dan Teknologi Informasi dan Komunikasi, Paula Ingabire.
Today the Ministry of Health officially receives from @RwandaICT @UNDP_Rwanda five high-tech anti – epidemic robots that will be used in the management of #COVID-19 in #Rwanda treatment centres @RBCRwanda
— Ministry of Health | Rwanda (@RwandaHealth) May 19, 2020
Akazuba, Ikirezi, Mwiza, Ngabo and Urumuri will be mainly used in screening temperature , monitoring patient status and keeping medical records of #COVID-19 patients pic.twitter.com/PoSyZOXNxH
— Ministry of Health | Rwanda (@RwandaHealth) May 19, 2020
Sementara itu, menteri kesehatan Rwanda, Daniel Ngamije, mengatakan bahwa robot teknologi tinggi memiliki kapasitas untuk menyaring atau mendeteksi 50 hingga 150 orang per menit. Dia mengatakan bahwa kemampuan khusus robot akan membantu mengurangi beban kerja pekerja garis depan.
“Petugas medis dan pekerja garis depan lainnya mengunjungi kamar pasien berkali-kali untuk memberikan obat-obatan, makanan, melakukan tes, dan lain-lain – dan ini dapat meningkatkan risiko tertular virus,” kata Ngamije kepada surat kabar lokal The New Times, Rabu, 20 Mei 2020.
Selain itu, robot pintar ini juga dapat memperingatkan orang-orang yang tidak mengenakan masker, atau memakai masker dengan cara yang salah.
Daniel menambahkan bahwa robot ini dibuat melalui upaya bersama Kementerian ICT dan Inovasi Rwanda dan Program Pembangunan PBB (UNDP).
Melansir Okay Africa, Ngamije juga mengatakan bahwa Rwanda juga sedang mencari kemungkinan untuk menyebarkan lebih banyak robot yang dapat melakukan tugas-tugas lain, termasuk mendisinfeksi tempat-tempat umum.
Rwanda terus menjadi salah satu negara yang memiliki jumlah kasus virus corona yang rendah. Hingga Minggu, 24 Mei 2020, negara ini hanya mencatat 325 kasus infeksi COVID-19 yang dikonfirmasi, dengan 227 pemulihan, dan nol kematian, berdasarkan data yang dihimpun Worldometers.