CakapCakap – Cakap People! Virus corona baru telah menginfeksi lebih dari 4,2 juta orang di seluruh dunia dan lebih dari 287 ribu meninggal dunia. Sementara itu, lebih dari 1,5 juta pasien telah sembuh dari infeksi virus tersebut sejauh ini.
Melansir Times Now News, Selasa, 12 Mei 2020, para peneliti China mengungkapkan bahwa pasien COVID-19 yang sembuh mengembangkan antibodi.
Menurut studi baru yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Medicine tersebut, sebanyak 99,8 persen pasien COVID-19 yang sembuh memiliki antibodi tersebut. Para ilmuwan sedang mencari kekebalan terhadap virus dan yang paling penting adalah mencari jawaban berapa lama antibodi itu bisa bertahan.
Saat ini, antibodi pasien yang dinyatakan sembuh sedang diteliti untuk berbagai pengobatan potensial terhadap COVID-19, seperti terapi plasma konvalesen.
Apa itu antibodi?
Antibodi adalah protein darah yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh untuk melawan “musuh” asing, seperti virus yang masuk ke dalam tubuh dan dapat menyebabkan penyakit.
Jika antibodi bertahan dalam tubuh, antibodi ini bisa melindungi tubuh dari serangan patogen yang sama di masa depan.
Tim peneliti China melakukan studi terhadap sampel darah dari 285 pasien COVID-19 dengan gejala berat di rumah sakit. Mereka menemukan bahwa semua pasien memiliki antibodi terhadap SARS-CoV-2 dalam waktu dua hingga tiga pekan setelah gejala pertama muncul.
Dalam pekan pertama setelah gejala muncul, baru sekitar 40 persen pasien COVID-19 yang antibodinya sudah terbentuk. Jenis antibodi yang terbentuk adalah IgM, yaitu antibodi pertama yang diproduksi tubuh sebagai respons terhadap infeksi.
Pada pekan kedua, persentase antibodi tersebut sudah meningkat menjadi 95 persen.
Pada sampel berbeda dari 69 orang, tim peneliti menemukan hampir semua pasien sudah memiliki antibodi terhadap SARS-CoV-2 dalam waktu 20 hari setelah gejala muncul. Dari 69 orang, hanya sepasang ibu-anak saja yang didapati tidak memiliki antibodi terhadap SARS-CoV-2.
Temuan ini menunjukkan bahwa sistem imun dari orang yang terkena COVID-19 bisa mengenali virus SARS-CoV-2. Hal ini mengindikasikan bahwa orang-orang yang sudah terinfeksi COVID-19 bisa menghindari kemungkinan infeksi gelombang kedua dengan lebih baik.
Meski begitu, WHO telah mengklarifikasi bahwa keberadaan antibodi tidak menjamin bahwa pasien COVID-19 yang sembuh akan kebal terhadap infeksi di kemudian hari.
Kebanyakan orang mengembangkan antibodi terhadap virus atau patogen apa pun yang memasuki tubuh mereka, sebagai respons kekebalan alami.
Sampai sekarang, belum ada pengobatan khusus atau vaksin untuk virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan penyakit COVID-19 ini.
2 Comments
Leave a Reply2 Pings & Trackbacks
Pingback:Buka Puasa Bersama, 16 Anggota Keluarga di Bahrain Ini Terjangkit COVID-19 - CakapCakap
Pingback:Harga Tiket Pesawat Bisa Naik Hingga 50 Persen Jika Maskapai Terapkan Social Distancing - CakapCakap