CakapCakap – Cakap People! Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pada hari Jumat, 8 Mei 2020, bahwa merokok tidak melindungi orang dari COVID-19. Sebaliknya, perokok yang terinfeksi virus corona memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit parah dan kematian.
Hal itu diungkapkan oleh WHO menanggapi pertanyaan tentang bahwa beberapa ilmuwan telah menemukan jika perokok lebih kecil kemungkinannya dirawat di rumah sakit dengan COVID-19. Ahli epidemiologi yang juga pemimpin teknis pada tanggapan COVID-19 di Program Kedaruratan Kesehatan WHO, Dr. Maria Van Kerkhove, mengatakan pada sebuah konferensi pers bahwa pernyataan itu sama sekali tidak benar.
Ia mengatakan, ada beberapa laporan media tentang studi yang belum ditinjau (peer-review) yang melihat prevalensi merokok di antara orang-orang yang dirawat di rumah sakit dengan kasus COVID-19. Menurutnya, penelitian itu tidak dirancang untuk mengevaluasi apakah merokok itu melindungi atau tidak dalam bentuk atau format apapun.
“Dan mereka tidak mengatakan bahwa merokok itu protektif. Bahaya tembakau sudah dikenal luas dan kita tahu bahwa jutaan orang meninggal setiap tahun akibat penggunaan tembakau. COVID-19 adalah penyakit pernapasan dan merokok menyebabkan kerusakan pada paru-paru,” kata Van Kerkhove, dilansir di Xinhuanet, Minggu, 10 Mei 2020.
Ia mengemukakan bahwa sejumlah penelitian telah menemukan bahwa merokok justru mengarah pada pengembangan penyakit yang parah.
Selain itu, kata dia, merokok menempatkan orang pada risiko lebih tinggi memakai ventilator, dirawat di perawatan intensif, dan akhirnya meninggal.
“Kami tahu bahaya merokok dan kami tahu bahwa perokok, jika mereka terinfeksi COVID-19, memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit parah dan kematian,” terangnya.
Sampai dengan hari Senin pagi, 11 Mei 2020, kasus virus corona (COVID-19) saat ini telah menginfeksi lebih dari 4,1 juta orang di seluruh dunia dengan sebanyak lebih dari 283 ribu orang telah meninggal dunia akibat virus corona baru yang belum memiliki obat dan vaksin tersebut, menurut data yang dihimpun Worldometers.
Amerika Serikat masih mencatatkan sebagai negara dengan kasus COVID-19 tertinggi dan juga kematian tertinggi di dunia saat ini. Negara tersebut telah melaporkan lebih dari 1,3 juta orang yang terinfeksi dan lebih dari 80 ribu meninggal dunia.