in ,

Miliaran Orang di Dunia Bakal Hidup di Zona Suhu Panas Ekstrem Pada Tahun 2070

Saat ini kurang dari 25 juta orang tinggal di daerah terpanas di dunia

CakapCakapCakap People! Jika iklim terus menghangat selama setengah abad atau 50 tahun ke depan, maka hingga sepertiga dari populasi dunia cenderung hidup di daerah yang dianggap tidak cocok untuk manusia. Demikian diungkapkan oleh para ilmuwan dari hasil penelitian yang diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences, Senin, 4 Mei 2020.

Saat ini kurang dari 25 juta orang tinggal di daerah terpanas di dunia, yang sebagian besar berada di wilayah Sahara di Afrika dengan suhu rata-rata tahunan di atas sekitar 84 derajat Fahrenheit (29 derajat Celsius).

Tetapi para peneliti mengatakan bahwa pada tahun 2070 mendatang, panas yang ekstrem seperti itu bisa mencakup bagian Afrika yang jauh lebih besar, serta sebagian India, Timur Tengah, Amerika Selatan, Asia Tenggara, dan Australia.

Seekor anjing melewati tengkorak sapi, di Melon, Chili, pada 29 Januari 2020. [Foto: AFP]

Melansir The New York Times, Rabu, 6 Mei 2020, dengan populasi global yang diproyeksikan meningkat menjadi sekitar 10 miliar pada tahun 2070, itu berarti sebanyak 3,5 miliar orang bisa menghuni daerah-daerah tersebut. Beberapa dari mereka bisa bermigrasi ke daerah yang lebih dingin, tetapi itu akan menimbulkan gangguan ekonomi dan sosial.

Bagian-bagian dunia yang bisa menjadi sangat panas “adalah area yang tumbuh paling cepat,” kata Timothy A. Kohler, seorang arkeolog di University of Washington dan penulis penelitian tersebut.

Angka 3,5 miliar jauh lebih tinggi daripada sebagian besar perkiraan populasi global yang akan menghadapi dampak paling mengerikan dari perubahan iklim. 

Sebuah studi yang dilakukan oleh Bank Dunia pada 2018 lalu, misalnya, memperkirakan bahwa perubahan iklim akan memaksa sekitar 140 juta orang di Afrika, Asia Selatan dan Amerika Tengah dan Selatan untuk bermigrasi di dalam perbatasan mereka sendiri pada tahun 2050.

Kohler dan rekan-rekannya mengatakan angka 3,5 miliar adalah untuk kasus terburuk, berdasarkan emisi gas rumah kaca yang terus meningkat secara substansial dalam beberapa dekade mendatang. Jika penurunan emisi dan pemanasan melambat, kata mereka, jumlah orang yang terkena dampak bisa turun menjadi sekitar 1 miliar.

“Hasil inti kami adalah apa yang dapat Anda sebut sensitivitas manusia terhadap pemanasan,” kata penulis studi lainnya, Profesor Marten Scheffer dari Universitas Wageningen di Belanda.

Para peneliti memeriksa “ceruk iklim” untuk manusia, atau kisaran suhu di mana sebagian besar populasi dunia telah hidup dari waktu ke waktu. Mereka bertanya-tanya apakah pemukiman manusia akan terbatas pada area dalam kisaran suhu tertentu, seperti halnya makhluk lain yang menempati habitat dengan suhu yang sesuai.

“Kami tidak berpikir itu akan terjadi,” kata Scheffer, karena orang memiliki pakaian dan teknologi seperti pendingin udara dan pemanas yang selama berabad-abad, akan memungkinkan mereka untuk mengisi daerah dengan kisaran suhu yang jauh lebih luas.”

Meskipun benar bahwa beberapa orang hidup dalam kondisi yang lebih ekstrem, para peneliti menemukan bahwa mayoritas populasi dunia tinggal di daerah dalam kisaran suhu yang sempit, dengan suhu tahunan rata-rata sekitar 50 hingga 60 derajat Fahrenheit. Sejumlah kecil orang tinggal di daerah dengan kisaran 68 hingga 77 derajat Fahrenheit.

Menganalisis data tentang pemukiman manusia 6.000 tahun yang lalu, para peneliti menemukan bahwa sebagian besar berada di daerah dengan kisaran suhu yang sama.

“Ternyata preferensi manusia sangat konsisten,” kata Scheffer. “Sebagian besar orang selalu terkonsentrasi dalam sejumlah kecil kondisi.”

Memproyeksikan ke masa depan, para peneliti menemukan bahwa sementara pemanasan dapat menyebabkan beberapa bagian dunia yang lebih dingin menjadi lebih cocok untuk hidup, sebagian besar akan menghangat di luar kisaran suhu yang diinginkan.

“Kami awalnya tidak terlalu percaya dengan hasil kami,” kata Scheffer. “Tapi kami memandang mereka dari berbagai sudut.”

“Ini memang seperti itu,” tambahnya.

“Dan ternyata jika perubahan iklim tetap di jalur seperti saat ini, maka lebih banyak akan berubah dalam 50 tahun mendatang daripada yang telah berubah dalam 6.000  tahun terakhir.”

Ilustrasi. [Foto: Pixabay]

Masih ada harapan

Ini peringatan mengerikan tentang apa yang bisa terjadi jika krisis iklim dibiarkan tak terkendali.

Tapi masih ada harapan. Para ilmuwan mengatakan bahwa dengan mengurangi emisi karbon global secara cepat dan substansial, jumlah orang yang terpapar pada kondisi panas yang ekstrem bisa dikurangi setengahnya.

Para penulis menjelaskan bahwa ada sejumlah ketidakpastian dengan bagaimana krisis iklim akan memicu perpindahan dan sampai sejauh mana, dan mengatakan studi ini tidak dapat digunakan sebagai prediksi migrasi.

Angka-angka ini juga didasarkan pada proyeksi kasus terburuk dan ada pertanyaan tentang bagaimana tindakan untuk mengurangi perubahan iklim, termasuk “perkembangan politik, perubahan kelembagaan, dan kondisi sosial ekonomi” dapat mempengaruhi hasil ini.

“Skenario kasus terburuk sebagian besar dapat dihindari jika pengurangan efektif emisi gas rumah kaca tercapai,” kata Chi Xu, dari School of Life Sciences Universitas Nanjing, salah satu penulis laporan ini, melansir CNN, Rabu, 6 Mei 2020.

“Banyak tindakan mitigasi iklim dan adaptasi lokal yang efektif akan membantu mengurangi pengaruh negatif perubahan iklim pada masyarakat manusia.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Anak-anak Terbukti Mampu Tularkan Virus Corona Baru, Menurut Hasil Dua Studi Internasional Terbaru

Akhirnya, Prekuel ‘Twilight Midnight Sun’ Bakal Rilis 4 Agustus Setelah 12 Tahun!