CakapCakap – Cakap People! Pihak berwenang China ternyata sudah tahu bahwa virus corona bisa menular dari manusia ke manusia setidaknya selama enam hari sebelum mereka mengumumkannya kepada dunia, demikian menurut dokumen internal yang bocor ke Associated Press (AP), Rabu, 15 April 2020.
Selama enam hari tersebut, setidaknya ada 3.000 orang terinfeksi dan puluhan ribu orang berkumpul untuk acara jamuan massal di Wuhan, pusat penyebaran virus corona di China.
Pengungkapan itu akan mempersulit Presiden China, Xi Jinping, dan pemerintahnya untuk mengklaim bahwa mereka terbuka dan transparan dalam berbagi informasi tentang wabah virus corona itu.
Pada 14 Januari 2020, ketua Komisi Kesehatan Nasional China, Ma Xiaowei, menyelenggarakan teleconference rahasia untuk menyampaikan instruksi mengenai virus corona kepada pejabat provinsi dari Presiden Xi, Perdana Menteri Li Keqiang, dan Wakil Perdana Menteri Sun Chunlan.
Pada saat itu, Beijing telah berusaha untuk membungkam para dokter di Wuhan yang berusaha meningkatkan kekhawatiran tentang wabah di kota China tengah, dan pemerintah mengklaim tidak ada bukti penularan dari manusia ke manusia.
Dalam memo yang disiapkan setelah teleconference, dan diperoleh oleh AP, Ma Xiaowei menguraikan “pemahaman yang bijaksana tentang situasi” termasuk fakta bahwa “kasus-kasus yang dikelompokkan menunjukkan bahwa penularan dari manusia ke manusia adalah mungkin.”
“Situasi epidemi masih parah dan kompleks, tantangan paling berat sejak SARS pada tahun 2003, dan kemungkinan akan berkembang menjadi sebuah peristiwa kesehatan masyarakat yang utama,” kata Ma seperti dikutip dari memo tersebut.
Sebuah instruksi manual setebal 63 halaman yang didistribusikan kepada para pejabat daerah menyusun pedoman untuk bagaimana menangani wabah. Dokumen itu hanya untuk penggunaan internal, ditandai dengan kalimat “tidak boleh disebarkan di internet,” dan “tidak akan diungkapkan kepada publik.”
Pada saat konferensi berlangsung, angka resmi mengklaim China hanya memiliki 41 kasus virus corona yang dikonfirmasi. Tapi Ma sudah menyebut wabah itu sebagai pandemi — Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru menetapkan status sebagai pandemi setelah hampir dua bulan kemudian atau tepatnya pada 11 Maret 2020.
“Dengan datangnya Festival Musim Semi, banyak orang akan bepergian, dan risiko penularan dan penyebarannya tinggi,” lanjut memo itu. “Semua daerah harus bersiap untuk dan menanggapi pandemi.”
Terlepas dari peringatan ini, Presiden Xi tidak berkomentar di depan umum tentang wabah selama enam hari lagi, dan pada 20 Januari 2020, hari yang sama, pemerintahnya akhirnya mengakui bahwa penularan dari manusia ke manusia mungkin terjadi.
Selama periode 6 hari itu, hampir 3.000 orang terinfeksi, menurut dokumen internal pemerintah China yang dilihat oleh AP. Virus ini telah menginfeksi lebih dari 2,8 juta orang dan merenggut nyawa lebih dari 196 ribu orang di seluruh dunia hingga Sabtu, 25 April 2020.
Sementara Beijing secara konsisten bersikeras bahwa mereka terbuka dan transparan dalam berbagi rincian wabah dengan pemerintah dan organisasi lain secara tepat waktu, bukti menunjukkan sebaliknya.
Pada hari telekonferensi, WHO memposting tweet pesan meyakinkan di bawah ini, tertanggal 14 Januari 2020, hari Selasa:
Preliminary investigations conducted by the Chinese authorities have found no clear evidence of human-to-human transmission of the novel #coronavirus (2019-nCoV) identified in #Wuhan, #China🇨🇳. pic.twitter.com/Fnl5P877VG
— World Health Organization (WHO) (@WHO) January 14, 2020
Keesokan harinya, pada Rabu, 15 Januari 2020, kepala pusat darurat dari Pusat Pengendalian Penyakit China mengatakan kepada televisi pemerintah China: “Kami telah mencapai pemahaman terbaru bahwa risiko penularan atau transmisi dari manusia ke manusia yang bekelanjutan adalah rendah.”
Presiden Xi mengeluarkan komentar publik pertamanya tentang virus pada hari Senin, 20 Januari 2020, dengan mengatakan wabah “harus ditanggapi dengan serius. Pada hari yang sama, ahli epidemiologi Tiongkok, Zhong Nanshan, mengumumkan untuk pertama kalinya lewat televisi nasional bahwa virus itu menular dari orang ke orang.
China kemudian menempatkan puluhan juta warganya dalam status lockdown total mulai Selasa, 21 Januari 2020. Pemberlakukan karantina wilayah tersebut belum pernah terjadi sebelumnya di Wuhan dan di seluruh provinsi Hubei.
Pemerintah China kini telah mengklaim kemenangan atas virus corona di dalam perbatasan negara itu, meskipun ada yang meragukan atas keakuratan angka resmi dari kasus virus yang dilaporkan Beijing kepada WHO. Namun secara global, coronavirus terus menyebar.
Dalam beberapa pekan terakhir, Beijing telah melakukan kampanye PR tingkat tinggi untuk mencoba dan menulis ulang sejarah virus corona, menghapus kesalahan langkah awalnya dan menutup-nutupi sembari mempromosikan upayanya untuk membantu negara-negara lain mengatasi pandemi dengan bantuan pasokan medis dan dana, demikian seperti dilansir dari VICE.
6 Comments
Leave a Reply6 Pings & Trackbacks
Pingback:Ini Ancaman China untuk Australia Jika Lakukan Investigasi Penyebaran Virus Corona! - CakapCakap
Pingback:Dikabarkan Meninggal, Kim Jong-un Kirim Surat Ucapan Terima Kasih Kepada Para Pekerja - CakapCakap
Pingback:Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong-un Diduga Mengisolasi Diri dari Pandemi Virus Corona - CakapCakap
Pingback:Inilah 33 Negara yang Belum Tersentuh Oleh Virus Corona Sampai Saat Ini - CakapCakap
Pingback:Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong-un Tampil di Publik Setelah Rumor Kesehatan dan Meninggal - CakapCakap
Pingback:Miliaran Orang di Dunia Bakal Hidup di Zona Suhu Panas Ekstrem Pada Tahun 2070 - CakapCakap