CakapCakap – Cakap People! Kasus COVID-19 yang semakin meningkat membuat masyarakat dunia saat ini tengah berjuang menghadapi virus yang telah menginfeksi ratusan ribu dan merenggut belasan ribu nyawa orang tersebut.
Sejak kemunculan awalnya di Wuhan, China pada akhir Desember 2019 hingga saat ini, belum ditemukan vaksin atau obat yang benar-benar bisa disepakati untuk mengatasai dan menyembuhkan pasien COVID-19. Para ilmuwan di dunia berlomba-lomba untuk segera menemukan vaksin atau obat virus mematikan tersebut.
Salah satu temuan potensial untuk pengobatan infeksi COVID-19 adalah favipiravir, yang merupakan kandungan aktif dalam obat flu Avigan dari Jepang.
Favipiravir (Avigan), obat potensial untuk menangani infeksi virus corona.
Menurut keterangan yang disampaikan peneliti pemerintah China, favipiravir merupakan kandungan yang efektif dalam membantu penanganan pasien terinfeksi virus corona.
Kesimpulan terkait keampuhan favipiravir dalam melawan virus corona ini diumumkan langsung oleh Zhang Xinmin, selaku direktur National Center for Biotechnology Development, di Beijing pada hari Selasa, 17 Maret 2020.
Dilansir dari NHK Japan, uji obat tersebut dilakukan di dua kota di China, yakni kota Wuhan yang menjadi asal merebaknya virus corona baru, serta di kota Shenzhen.
Uji favipiravir dilakukan dengan melibatkan 240 pasien di Wuhan dan 80 pasien di Shenzhen, dengan temuan sebagai berikut:
1. Suhu tubuh pasien
Pengujian favipiravir di Wuhan menemukan bahwa obat tersebut membantu mengembalikan suhu pasien menjadi normal dalam rata-rata waktu 2,5 hari.
Sementara itu, suhu tubuh pasien yang tidak diberikan favipiravir membutuhkan 4,2 hari agar kembali normal.
2. Batuk pada pasien
Zhang Xinmin juga menambahkan, batuk pada pasien yang diberikan favipiravir bisa reda dalam rata-rata waktu 4,57 hari.
Menunjukkan hasil berbeda, batuk pada pasien yang tidak diberikan obat ini membutuhkan waktu sekitar 5,98 hari untuk reda.
3. Status positif COVID-19
Dalam uji yang dilakukan di Shenzhen, dilaporkan bahwa status pasien yang positif COVID-19 bisa kembali negatif dengan median 4 hari setelah diberikan favipiravir.
Sementara itu, pasien yang tidak diberikan obat ini membutuhkan waktu median 11 hari untuk kembali negatif.
4. Peningkatan kondisi paru-paru
Uji coba favipiravir ini juga menemukan, hasil uji Sinar-X pasien yang diberikan obat ini mengalami peningkatan kondisi paru-paru hingga 91%.
Di sisi lain, pasien yang tidak mengonsumsi favipiravir mengalami peningkatan 62%.
Meski sangat berpotensi untuk mengobati infeksi virus corona, favipiravir belum tentu efektif pada pasien yang memiliki gejala dan sakit yang lebih parah, seperti yang dilansir dari Daily Mail.
Masih dari Daily Mail, belum jelas jenis brand favipirapir yang digunakan dalam uji tersebut. Namun, salah satu yang terkenal adalah Avigan, yang dikembangkan oleh salah satu perusahaan terkemuka dari Jepang. Avigan sendiri sudah diakui di Jepang dalam mengobati flu sejak tahun 2014.
Sekilas mengenai favipiravir
Dalam sebuah laporan yang dimuat dalam jurnal Antiviral Research, favipiravir atau yang awalnya dikenal T-075 merupakan obat antivirus yang dapat menghambat enzim RNA-dependent RNA polymerase (RdRP) pada virus influenza.
Obat ini ditemukan mampu menghambat semua serotipe dan strain virus influenza A, B, dan C, termasuk pada pasien yang resisten terhadap obat penghambat neuraminidase. Uji in vitro dan uji pada hewan juga menyebutkan, favipiravir mampu melawan jenis-jenis virus lain, seperti flavivirus.
Setelah diuji di China, favipiravir juga akan mulai diteliti di Hongkong dengan melibatkan 60 pasien yang terinfeksi virus corona SARS-Cov-2. Pengujian ini akan dilakukan selama 10 hari. Apabila disetujui, favipiravir diharapkan dapat menjadi jawaban untuk pengobatan COVID-19.
Jumat, 20 Maret 2020: Presiden Jokowi mendatangkan Avigan dan klorokuin
Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi), mengumumkan bahwa pemerintah telah mendatangkan dan menyiapkan Avigan dan obat malaria jenis klorokuin.
Dilansir dari Kompas, pemerintah telah menerima 500 ribu butir Avigan, dan sudah memesan 2 juta butir lagi untuk didatangkan ke Indonesia.
Sementara itu, klorokuin juga telah dipesan sebanyak 3 juta butir. Klorokuin (chloroquine) sendiri merupakan obat yang digunakan untuk menangani malaria dan amoebiasis.
Baik klorokuin dan Avigan (favipiravir) memang dilaporkan berpotensi efektif dalam menangani infeksi virus corona.
Namun, penting untuk diingat bahwa efektivitas obat tersebut masih menunggu penelitian lebih lanjut. Hingga saat ini, belum ada obat yang disepakati untuk mengobati COVID-19 akibat virus corona.
NHK Japan | Daily Mail | Kompas | Sehatq