in ,

Pencarian ‘Pasien Nol’, Kasus COVID-19 Pertama Muncul pada 17 November 2019 di China

Mengidentifikasi ‘pasien nol’ adalah penting untuk mengatasi virus

CakapCakapCakap People! Kasus pertama virus corona baru  (COVID-19) ditemukan muncul di China pada 17 November 2019, demikian menurut data pemerintah China yang direview oleh South China Morning Post, pada Jumat, 13 Maret 2020.

Baru pada akhir Desember 2019, para pejabat China menyadari bahwa mereka memiliki virus baru. Bahkan kemudian, pemerintah China masih melarang membagikan informasi tentang virus tersebut kepada publik saat itu, menurut The Wall Street Journal.

Wisatawan di stasiun kereta di Yichang, China, sekitar 200 mil dari Wuhan. Tahun Baru Imlek, yang dimulai pada hari Sabtu, 25 Januari 2020menandai musim perjalanan tersibuk di kawasan ini | Foto: CHINATOPIX via Associated Press.

Dari data pemerintah China yang direview oleh South China Morning Post, yang belum dipublikasikan, menyatakan bahwa virus tersebut pertama kali ditularkan oleh seorang pria berusia 55 tahun dari provinsi Hubei, China.

Namun, seperti yang dicatat oleh surat kabar itu, bahwa bukti ter tidak konklusif. Identitas ‘pasien nol’ — orang pertama dari virus — masih belum dikonfirmasi, dan mungkin set data tidak lengkap.

Data baru tentang ‘pasien nol’ konsisten dengan penelitian lain

Otoritas kesehatan China melaporkan kasus pertama COVID-19, penyakit yang disebabkan oleh virus corona, kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 31 Desember 2019.

Sebuah tim peneliti kemudian menerbitkan bukti bahwa orang pertama yang dites positif COVID-19 menunjukkan gejala pada 8 Desember 2019, di mana itu adalah tanggal kasus pertama yang dikonfirmasi.

Ratusan juta orang Tiongkok menuju ke kota asal mereka untuk Tahun Baru Imlek, tetapi banyak pelancong tampaknya tidak terpengaruh oleh virus misterius itu | Foto: AFP / Hector Retamal

Penelitian lain yang dipublikasikan The Lancet pada bulan Januari 2020 menemukan bahwa orang pertama yang dites positif terkena COVID-19 tercatat pada 1 Desember 2019.

Fakta bahwa para peneliti terus menerus meningkatkan kemungkinan tanggal infeksi paling awal berarti masih mungkin tidak ada cukup bukti untuk mengidentifikasi ‘pasien nol’, tetapi data pemerintah China baru yang dilaporkan oleh South China Morning Post mempertajam apa yang sudah kita ketahui.

Penelitian yang dipublikasikan bulan Februari 2020 lalu oleh tim peneliti penyakit menular dari China menemukan bahwa pengguna WeChat telah menggunakan istilah yang berkaitan dengan gejala virus corona baru itu lebih dari dua minggu sebelum pejabat mengonfirmasi kasus pertama COVID-19.

“Temuan ini mungkin mengindikasikan bahwa virus corona [COVID-19] mulai beredar minggu sebelum kasus pertama secara resmi didiagnosis dan dilaporkan,” kata Holly Secon dari Business Insider.

Penelitian ini memberikan dukungan lebih lanjut pada temuan bahwa kasus paling awal dari virus corona memang berasal pada pertengahan November 2019.

Staf medis digambarkan sedang bekerja di unit perawatan intensif di sebuah rumah sakit Wuhan pada hari Kamis, 6 Februari 2020.

Mengidentifikasi ‘pasien nol’ adalah penting untuk mengatasi virus

Ketika para pejabat mencoba untuk mengidentifikasi pasien nol, data pemerintah China baru yang dilaporkan oleh South China Morning Post memberikan petunjuk tentang munculnya dan penyebaran virus yang telah membuat dunia kacau.

“Kami tidak tahu siapa pasien nol pertama, mungkin di Wuhan, dan itu menyisakan banyak pertanyaan yang tidak terjawab tentang bagaimana wabah itu dimulai dan bagaimana awalnya menyebar,” kata Sarah Borwein, seorang dokter di Pusat Kesehatan Medis Hong Kong kepada South China Morning Post Februari 2020 lalu.

Bagi para ahli, menemukan pasien nol bukan hanya masalah menggali data dan melakukan penelitian — ini adalah perlombaan melawan waktu.

Ketika jumlah infeksi meningkat, menjadi lebih sulit untuk mengidentifikasi pasien nol — dan area-area yang terpapar virus paling lama.

“Kami benar-benar merasa tidak nyaman ketika kami mendiagnosis seorang pasien dengan penyakit itu dan kami tidak dapat mengetahui dari mana asalnya,” kata Dale Fisher, ketua Jaringan Siaga dan Respons Wabah Global WHO, kepada Reuters bulan lalu, ia menambahkan bahwa “tindakan pencegahannya kurang efektif.”

2 Comments

Leave a Reply

2 Pings & Trackbacks

  1. Pingback:

  2. Pingback:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Ahli Medis: Sembuh dari COVID-19, Fungsi Paru-paru Jadi Berkurang pada Beberapa Pasien

Inilah 6 Fitur Canggih pada Mobil yang Kurang Berguna Karena Jarang Digunakan