CakapCakap – Cakap People! Pemerintah Italia telah menerapkan langkah-langkah ekstrem untuk mencegah penyebaran virus corona (COVID-19). Senin, 9 Maret 2020, Perdana Menteri Italia, Giuseppe Conte, telah menyatakan bahwa seluruh negara itu secara resmi berada di bawah karantina.
Sebelumnya, Italia menerapkan penguncian “zona merah” untuk Lombardy dan provinsi utara lainnya, menempatkan 16 juta orang di karantina. Namun sekarang, pihak berwenang telah meningkatkan level dengan memperluas pembatasan ke semua bidang.
Menurut Conte, dengan menempuh langkah tersebut, itu berarti masyarakat setempat diingatkan untuk tinggal di rumah. Hanya mereka yang melapor untuk bekerja atau menuju keadaan darurat yang diizinkan keluar rumah. Sebagian besar pertemuan publik juga tidak diizinkan.
“Tidak ada lagi kehidupan malam,” kata Perdana Menteri. “Kami tidak bisa membiarkan ini lagi karena itu adalah kesempatan untuk penularan.”
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Luigi Di Maio mengatakan bahwa “tindakan pencegahan yang sama” yang diterapkan untuk Lombardy sekarang akan diadaptasi “di setiap wilayah” negara itu.
Pada hari Rabu, 11 Maret 2020, China mengirim tim dokter khusus ke Italia. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying mengatakan para profesional medis “siap untuk berbagi pengalaman mereka” untuk membantu Italia menangani krisis. Tim itu juga membawa serta beberapa peralatan medis yang sangat dibutuhkan seperti ventilator paru, masker wajah, dan jas hazmat, VICE melaporkan.
Saat berita ini diturunkan, Italia sudah memiliki 15.113 kasus yang dikonfirmasi dari virus corona dan 1.016 orang telah meninggal karena penyakit ini.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada hari Rabu, 11 Maret 2020, waktu setempat (Kamis, 12 Maret 2020, waktu Indonesia) akhirnya secara resmi menyatakan bahwa virus corona baru COVID-19 sebagai pandemi global karena telah mencapai seluruh benua di dunia, kecuali Antartika.
“Kami belum pernah melihat pandemi yang dipicu oleh virus corona. Dan kami belum pernah melihat pandemi yang dapat dikendalikan pada saat yang sama,” kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, pada hari Rabu, 11 Maret 2020, waktu setempat