CakapCakap – Cakap People! Saat bertengkar dengan pasangan, kata-kata yang kita pilih BISA membuat segalanya menjadi lebih baik atau lebih buruk. Ada beberapa ucapan yang harus dihindari saat bertengkar dengan pasangan. Dengan memahami mengapa ucapan-ucapan ini bermasalah dapat membantu kita menghindarinya, sehingga mengarah pada percakapan yang lebih damai dan saling menghormati. Mari kita jelajahi ucapan ini, dan pahami mengapa sangat penting untuk menghindarinya saat bertengkar dengan pasangan.
Berikut adalah enam ucapan yang harus dihindari saat bertengkar dengan pasangan, seperti dikutip dari Times of India.
1. “Kamu selalu…” atau “Kamu tidak pernah…”
Ucapan ini sering kali mengarah pada sikap defensif karena tidak mewakili kenyataan secara akurat. Sebaliknya, fokuslah pada kejadian atau perilaku tertentu tanpa menggeneralisasi. Pergeseran ini memungkinkan terjadinya diskusi yang lebih beragam mengenai permasalahan yang ada, menumbuhkan pemahaman dan menghindari konflik yang tidak perlu yang berasal dari generalisasi yang bersifat umum.
2. “Ini salahmu”
Menyalahkan pasangan di saat-saat yang memanas akan menciptakan lingkungan yang tidak bersahabat, menghalangi peluang untuk saling pengertian. Menyalahkan seseorang tidak hanya menutup kemungkinan komunikasi konstruktif, tetapi juga mengalihkan akuntabilitas.
Pendekatan yang lebih efektif adalah dengan membingkai ulang isu-isu sebagai masalah bersama yang memerlukan solusi kolaboratif. Pergeseran perspektif ini dapat mendorong kerja sama dan mencegah permainan menyalahkan agar konflik tidak semakin meningkat.
3. “Sudah kubilang begitu”
Ungkapan ini sering kali terkesan merendahkan dan meremehkan pilihan atau tindakan orang lain. Ucapan ini mengikis rasa otonomi mereka dan melahirkan kebencian.
Penting untuk diketahui bahwa setiap orang membuat keputusan berdasarkan pemahaman mereka pada saat itu. Menghindari ucapan ini memungkinkan terjadinya dialog yang lebih saling menghormati yang berfokus pada pencarian solusi daripada menyoroti kesalahan masa lalu.
4. “Tenang”
Meski niatnya baik, mengatakan “tenang” sering kali membuat perasaan pasangan tidak valid. Hal ini menyiratkan bahwa emosi mereka tidak beralasan atau tidak rasional, sehingga dapat meningkatkan ketegangan.
Sebaliknya, menawarkan dukungan dan memvalidasi emosi pasangan akan membantu menciptakan ruang aman untuk dialog terbuka. Dengan mengakui perasaan pasangan dan memberikan kepastian akan menumbuhkan lingkungan yang kondusif untuk menyelesaikan konflik secara konstruktif.
5. “Kamu bereaksi berlebihan”
Mengabaikan emosi seseorang sebagai sesuatu yang berlebihan berarti meremehkan perasaan dan pengalamannya. Hal ini dapat membuat mereka merasa disalahpahami atau tidak diakui, sehingga memperburuk konflik.
Daripada meredam emosi pasangan, memvalidasi perasaan mereka dengan menunjukkan empati dan pengertian akan membuka jalan untuk saling menghormati dan menyelesaikan.
6. “Ini seperti saat…”
Mengungkit keluhan di masa lalu saat berargumentasi akan mengalihkan fokus dari penyelesaian masalah saat ini ke pengulangan konflik lama. Hal ini mengganggu jalan menuju penyelesaian dan memperpanjang perdebatan dengan mengobarkan kembali ketegangan yang belum terselesaikan.
Sebaliknya, tetap fokus pada masalah saat ini akan memfasilitasi percakapan yang lebih produktif, menghindari jalan memutar yang tidak perlu yang dapat memperburuk situasi.