CakapCakap – Cakap People! Terdapat sejumlah fakta menarik Sumpah Pemuda yang tampaknya jarang diketahui, apa saja? Tepat pada 28 Oktober 2023, Peringatan Hari Sumpah Pemuda telah memasuki usia 95 tahun. Bersama itu pula, kita kembali diingatkan dengan sebuah ikrar pemuda-pemudi Indonesia puluhan tahun silam yang menggambarkan kecintaan terhadap tanah air Indonesia. Sebagaimana diketahui, ikrar tersebut digagas oleh Persatuan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) dan dihadiri oleh organisasi pemuda lainnya pada saat itu.
Namun selain itu, ternyata ada beberapa fakta-fakta menarik seputar Sumpah Pemuda yang mungkin masih belum banyak diketahui.
Dikutip dari laman Pekalongan.bawaslu.go.id, berikut adalah beberapa fakta menarik tersebut.
1. Awalnya Tidak Memiliki Judul Tertentu
Ikrar yang kita kenal sekarang sebagai Sumpah pemuda awalnya tidak disebut sebagai Sumpah Pemuda. Pada saat kongres berlangsung, rumusan yang telah ditulis Mohammad Yamin tidak disebut sebagai Sumpah Pemuda, atau dengan kata lain tidak memiliki judul tertentu.
Adapun istilah ‘Sumpah Pemuda’ baru muncul setelah kongres berlangsung beberapa hari. Dalam hal ini, yang perlu digarisbawahi bahwa peringatan Sumpah Pemuda tetap didasarkan pada tanggal pembacaan ikrar yaitu 28 Oktober.
2. Dipersiapkan 2 Tahun Sebelumnya
Sumpah pemuda yang diikrarkan pada 28 Oktober 1928 ternyata telah dipersiapkan 2 tahun sebelumnya. Isi sumpah pemuda sudah mulai dirumuskan ketika resolusi Kongres Pemuda I pada 2 Mei 1962. Adapun isi Sumpah Pemuda pada saat itu berbunyi:
Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah satu, tanah Indonesia.
Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Kami Putra dan Putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Melayu.
Namun, salah satu kalimat dalam ‘Sumpah Pemuda’ saat itu menuai kontroversi. Tepatnya pada kalimat yang menyebutkan bahasa persatuan, bahasa Melayu.
3. Naskah Sumpah Pemuda Ditulis oleh Satu Orang
Sebagai sekretaris kongres, Mohammad Yamin mengikuti rapat marathon 27-28 Oktober 1928. Tidak hanya itu, ia juga berdiskusi bersama para utusan lain dari berbagai daerah. Dari diskusi tersebut, tercetuslah Ikrar Pemuda. Sebagai orang yang bertugas meramu rumusan dari hasil diskusi, tidak butuh waktu lama bagi Mohammad Yamin untuk merumuskan Ikrar Pemuda pada saat itu.
Ia kemudian menyerahkan hasil rumusan ke kepala Kongres yaitu Soegondo Djojopoespito. Rumusan tersebut kemudian disetujui oleh kepala kongres dan utusan organisasi pemuda, hingga akhirnya disahkan sebagai Sumpah Pemuda.
4. Hanya 6 Perempuan yang Ikut Kongres
Perlu diketahui bahwa peran perempuan dalam Kongres Pemuda II tidak begitu menonjol. Demikian hal nya dengan jumlah peserta perempuan (pemudi) yang hadir dalam kongres yang sejatinya melahirkan Sumpah Pemuda.
Adapun enam perempuan yang hadir yaitu Siti Soendari, Dien Pantow, Emma Poeradiredjo, Jo Tumbuan, Nona Tumbel, dan Poernamawoelan. Dari keenam pemudi ini, hanya 3 yang menyampaikan pidatonya dalam kongres yakni Mardanas Safwan, Emma Poeradiredjo dan Siti Soendari.
5. Lagu Indonesia Raya Diperdengarkan Tanpa Syair
Menurut sejarahnya, Kongres Pemuda turut dihadiri oleh WR Supratman yang tidak lain merupakan pencipta lagu Indonesia Raya yang semulanya berjudul ‘Indonesia’. Namun sayangnya, di situasi pada saat itu, kongres dijaga ketat oleh kepolisian Belanda sehingga memunculkan kekhawatiran apabila kata “Indonesia” dan kata “merdeka” terdengar dalam syair lagu, kongres bisa saja dibubarkan.
Untuk mengantisipasi hal tersebut WR Supratman akhirnya membawakan lagu Indonesia Raya ciptaannya dengan irama biola. Momen ini juga menandai pertama kali lagu Indonesia Raya dibawakan oleh penciptanya.
6. Rumah Tempat Kongres Menjadi Museum Sumpah Pemuda
Kongres Pemuda sendiri dilangsungkan di sebuah rumah yang ada di jalan Kramat Raya nomor 106, Jakarta Pusat. Gedung ini merupakan pemondokan bagi mahasiswa dan pelajar pada masa itu.
Adanya sejarah kongres di rumah itu, maka pada 1972 rumah tersebut akhirnya ditetapkan sebagai cagar budaya dan dijadikan Museum Sumpah Pemuda. Hingga saat ini, museum tersebut dapat dikunjungi untuk mempelajari berbagai hal yang terkait dengan sejarah Sumpah Pemuda dan kemerdekaan Indonesia.