CakapCakap – Cakap People! Kamu mungkin pernah mendengar istilah megalomania? Megalomania adalah untuk menggambarkan salah satu gangguan kejiwaan yang dialami seseorang. Istilah ini belakangan muncul di media sosial dan ramai diperbincangkan. Orang dengan megalomania meyakini bahwa dirinya memiliki kebesaran, kekuasaan, atau keagungan.
Untuk mengetahuinya lebih lanjut, simak beberapa fakta megalomania berikut ini, seperti dikutip dari suara.com:
1. Merupakan Gangguan Kejiwaan yang Terkait dengan Kekuasaan
Megalomania adalah gangguan yang menyebabkan seseorang memprioritaskan dirinya sendiri dan tidak keberatan untuk mengeliminasi orang lain agar mendapatkan dominasi. Motivasi utamanya adalah mempromosikan diri sebagai pelindung komunitas dan mengarah pada eksploitasi pada komunitas tersebut, sebagai orang paling berwenang di dalamnya.
2. Sulit Berpikir Kritis
Seorang dengan megalomania cenderung memiliki perasaan egosentris yang besar, dan superior. Hal ini menyebabkan adanya kecenderungan melakukan ‘serangan’ pada pihak yang dianggap lawan, sehingga memberikan ketenangan dan dominasi tunggal.
Karena motivasinya demikian, maka kemampuan berpikir kritis menurun, dan orang tersebut cenderung tidak mampu menerima kenyataan dengan baik.
3. Bisa Masuk ke Tahap Tidak Masuk Akal
Pernahkah kamu mendengar kasus dimana seseorang mengaku sebagai nabi atau juru selamat? Nah, hal tersebut juga menjadi salah satu tanda seseorang mengalami megalomania. Egosentris yang terlalu besar membuatnya mencapai tahap ini sehingga klaim tidak masuk akal dibuat.
Pada kondisi lebih ekstrim, penderitanya bahkan menantang secara terbuka pada pemimpin yang sah, dan menyerangnya di ruang publik.
4. Bagian dari Narsisme
Dapat dikatakan megalomania adalah bagian dari narsisme yang mencapai tahap ekstrim. Kecenderungan melihat diri sendiri lebih baik daripada yang lain, dan lebih superior, membuatnya erat sekali dengan citra narsisme.
5. Membelokkan Kenyataan
Demi memenuhi egonya dan mempertahankan ide yang dimilikinya, penderita megalomania memiliki kecenderungan untuk membelokkan kenyataan yang ada di sekitarnya. Mereka tidak mau melihat kesalahannya sendiri, namun justru melihatnya sebagai kesalahan yang dibuat pihak lawan.
Ide yang dibawa akan terus dipertahankan dan digunakan untuk menjadi dasar mengubah kenyataan yang ada, sehingga membuat pengikutnya merasakan hal yang sama.
6. Menjadi ‘Alfa’ di Komunitasnya
Klik DI SINI untuk melanjutkan membaca, Cakap People!