Selama ini penyakit jiwa selalu mendapat respon miring dari masyarakat seolah-olah gangguan jiwa ini sebuah penyakit yang perlu dihindari dan nggak ngerti penyebabnya. Padahal banyak anggapan di masyarakat tentang gangguan jiwa dan kegilaan ini yang harus diluruskan. Yang terlihat belum tentu kejadian yang sebenarnya sehingga kamu perlu tahu fakta di balik anggapan-anggapan tersebut. Yuk kita luruskan 5 anggapan yang kurang tepat ini biar kita lebih waspada dengan penyakit gangguan jiwa dan memanusiakan penderitanya.
1. Penderita gangguan jiwa nggak bisa sembuh
Anggapan lain yang harus diluruskan adalah penyakit ini nggak bisa disembuhkan, sehingga orang banyak mengira penderita gangguan jiwa benar-benar nggak bisa sembuh selama hidupnya. Padahal gangguan jiwa itu sendiri bisa diklasifikasikan sesuai dengan penyebabnya dan cara penyembuhannya. Beberapa gangguan jiwa kayak kecanduan, kleptomania, depresi atau panik bisa disembuhkan melalui berbagai macam terapi. Meski beberapa gangguan jiwa lain kayak skizofrenia memang sulit disembuhkan sepenuhnya.
2. Nggak semua orang bisa gila
Kamu pasti selama ini mencibir orang yang mengalami gangguan jiwa adalah orang yang punya masalah dalam hidupnya dan nggak kuat menanggung beban hingga akhirnya gila. Gila sendiri sering dikaitkan dengan pakaian lusuh di pinggir jalan dan nggak punya rumah. Padahal sebenarnya nggak ada batasan antara kewarasan dan kegilaan. Kegilaan ini sebenarnya meliputi depresi dan kecemesan yang berlebihan, meski dikatakan masih dalam taraf yang ringan. Apa kamu pernah merasa depresi dan kecemasan berlebihan? Kalo iya, berarti kamu udah pernah gila.
3. Penyakit jiwa hanya dramatisasi masalah
Memang yang terjadi di lingkungan luas melihat penderita penyakit jiwa memiliki sikap yang berlebihan menanggapi sesuatu dan jadinya terkesan hanya main-main aja. Padahal gangguan jiwa pada taraf yang cukup serius bisa bikin penderitanya nggak bisa kontrol perasaan, pikiran, dan perbuatannya. Kebanyakan masyarakat malah menyepelekan hal ini dan menganggap gejala itu dibuat-buat untuk mencari simpati orang banyak.
4. Penderita penyakit jiwa anarkis
Terlalu membesar-besarkan memang kalo bilang penderita penyakit jiwa sering bertingkah anarkis kayak teriak-teriak, meronta, dan melakukan kekerasan fisik terhadap orang-orang di sekitarnya. Padahal orang yang normal juga punya kecenderungan kayak gitu. Jadi persentase orang biasa dan penderita gangguan jiwa melakukan kekerasan hanya berbeda 3-5 persen aja. Bahkan menurut riset menyatakan orang yang menderita gangguan jiwa lebih sering menjadi korban kekerasan ketimbang jadi pelaku kekerasan.
5. Penyebabnya adalah ketidakbahagiaan masa kecil
Banyak yang menganggap kalo orang yang gila itu karena masa kecil nggak bahagia atau sisi rohani yang lemah. Bahkan ada yang menganggap penyakit jiwa ini dipicu oleh sifat asli seseorang yang dekat dengan keras kepala dan nggak mau diatur. Padahal aslinya gangguan jiwa nggak bisa ditebak penyebabnya dari segi pengalaman masa kecil, keturunan, cacat lahir, dan lainnya. Jadi penyebabnya cukup luas kalo mau dikaitkan dengan permasalahan masa lalu aja.
This post was created with our nice and easy submission form. Create your post!