CakapCakap – Cakap People! Divisi Rehabilitasi di Kementerian Keamanan Israel telah merawat 16.500 tentara dan perwira sejak dimulainya perang, demikian dilaporkan saluran Israel KAN 11 pada Ahad 6 April 2025.
Menurut laporan yang dikutip Al Mayadeen, sebanyak 7.300 dari mereka yang menerima perawatan juga menderita masalah kesehatan mental dan psikologis.
Sebelumnya, Jacob Nagel, mantan Penasihat Keamanan Nasional Israel, memperingatkan bahwa militer Israel sedang menyaksikan krisis tenaga kerja yang serius di tengah ancaman yang semakin besar dari Iran. Nagel mendesak penilaian ulang strategi militer setelah peristiwa 7 Oktober 2023.

Menurut Nagel, krisis tenaga kerja sudah terlihat bahkan sebelum serangan Oktober dan menjadi lebih mendesak sejak saat itu. Dia menyoroti bahwa masalah tersebut mencakup kekurangan wajib militer dan layanan cadangan, selain kelemahan dalam layanan permanen.
Pada Januari lalu, media Israel melaporkan tentang kebutuhan mendesak bagi militer Israel untuk beristirahat dari operasi tempur, dengan alasan kelelahan yang dialami para tentara penjajah tersebut.
Analis menekankan pentingnya istirahat dan pelatihan bagi pasukan pendudukan Israel sehingga mereka butuh penghentian pertempuran.
Analis urusan militer dari Israeli Public Broadcasting Corporation mencatat pada Jumat bahwa pasukan cadangan yang dijadwalkan memasuki Gaza pada hari sebelumnya tidak dikerahkan sesuai rencana.
Analis tersebut menambahkan bahwa kehati-hatian diperlukan untuk menghindari usaha militer yang berisiko saat ini.
“Ada penilaian ulang yang konstan terhadap situasi mengenai perkembangan di arena lain, seperti Tepi Barat, garis depan utara, dan apa yang akan terjadi di Gaza.”
Sebuah laporan yang disiarkan di Channel 12 Israel, mengutip Kepala Korps Cadangan Israel Mayjen Eyal Zamir, Direktur Jenderal Kementerian Pertahanan, mengatakan bahwa 5.942 keluarga Israel baru bergabung dalam daftar ’keluarga yang berduka’ selama 2024. Sementara itu, lebih dari 15 ribu orang yang terluka telah terserap ke dalam sistem rehabilitasi.
Merujuk pada konsekuensi dari pertempuran yang sedang berlangsung, Zamir menyerukan perlunya memperhatikan keluarga korban yang terluka dan tewas, dengan mengatakan, “Kita harus memastikan bahwa mereka menerima dukungan dan bantuan yang sesuai,” kata dia, dikutip dari Aljazirah, Selasa 4 Februari 2025.
Menurut Azzam Abu al-Adas, seorang pakar urusan Israel, istilah “daftar keluarga yang berduka” digunakan dalam literatur tentara pendudukan sebagai istilah yang menunjukkan jumlah keluarga yang anggota militernya dipastikan terbunuh selama perang.
Abu al-Adas mengatakan kepada Aljazirah Net bahwa istilah “bergabung dengan lingkaran keluarga yang berduka” yang digunakan dalam pernyataan Zamir berarti keluarga tentara yang terbunuh di militer, bukan warga sipil, karena ada lingkaran untuk tentara yang terbunuh dengan nama “keluarga yang berduka”.
Memotong kebocoran
Informasi ini merupakan data terbaru mengenai jumlah korban jiwa tentara dalam perang, sementara statistik sebelumnya menunjukkan bahwa jumlah korban tewas sejak Operasi Badai Al-Aqsa hanya 1.800 orang, termasuk sekitar 400 tentara yang ikut dalam operasi darat di Gaza.
Abu al-Adas menunjukkan bahwa pengungkapan angka ini oleh Zamir mungkin disebabkan oleh bocornya informasi ini kepada pers, dan dia ingin memblokirnya, terutama karena ada preseden untuk kebocoran semacam itu di masa lalu.