CakapCakap – Cakap People! Sebuah penelitian di Malaysia menemukan bahwa 211.544 siswa sekolah menengah tidak lulus ujian atau tidak mengikuti ujian dari 2019 hingga 2021.
Kajian lembaga non-pemerintah Untuk Malaysia tentang putus sekolah, yang diterbitkan pada Januari 2023, mengungkapkan bahwa dalam periode tiga tahun, 140.474 calon tidak memperoleh ijazah karena gagal dalam Bahasa Melayu atau Sejarah, atau keduanya. Sebanyak 71.070 kandidat lainnya tidak hadir selama ujian yang sangat penting untuk lulusan sekolah.
Laporan tersebut tidak menyebutkan faktor-faktor yang menyebabkan para siswa Malaysia gagal atau putus sekolah. Namun, disimpulkan bahwa anak-anak dari rumah tangga B40 atau masyarakat dengan penghasilan terendah paling terpengaruh ketika sekolah harus ditutup, dengan hanya tersedia kelas online selama pandemi COVID-19 pada 2020 dan 2021.
“Mereka tidak bisa mengikuti kelas online karena tidak memiliki laptop atau akses internet yang stabil,” demikian pernyataan Untuk Malaysia seperti dikutip FMT, Selasa, 20 Juni 2023..
Perintah kontrol pergerakan diberlakukan mulai 18 Maret 2020 hingga 31 Desember 2021 untuk mengatasi pandemi. Selama periode itu, sistem “belajar dari rumah” diperkenalkan.
Menurut laporan tersebut, pada tahun 2021, sebanyak 70.455 dari 407.097 calon yang mendaftar ujian tidak menerima sertifikatnya. Dari 70.455 calon, 45.514 gagal dan 24.941 tidak hadir.
Pada tahun 2020, dari 401.105 calon, sebanyak 62.446 tidak memperoleh sertifikat – 43.235 gagal dan 19.211 absen.
Pada tahun 2019, dari 416.416 calon, sebanyak 78.643 tidak memperoleh sertifikat – 51.725 tidak lulus dan 26.918 tidak hadir.
Data tiga tahunan itu diambil dari analisis hasil ujian yang disiapkan oleh Malaysian Examinations Council (MEC).
“Para siswa yang gagal mendapatkan sertifikat tidak dapat melanjutkan studi mereka dan ini akan menghalangi mereka untuk mendapatkan pekerjaan bergaji tinggi dibandingkan dengan rekan-rekan mereka yang lain,” kata LSM tersebut.